SELAMAT DATANG







Terima Kasih atas kunjungan anda di website saya



Di website saya ini akan saya informasikan tentang lowongan pekerjaan, bagi kamu-kamu semua yang belum memiliki pekerjaan atau yang sedang mencari pekerjaan.lowongan pekerjaan ini akan selalu saya update, Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda semua.



28 January 2012

New Jobs / Careers / Vacancies / CPNS

SEMINAR OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah   Krisis ekonomi berkepanjangan mengakibatkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Hanya perusahaan yang mampu menekan biaya produksi seminimal mungkin dengan tanpa mengurangi kualitas produk yang dapat bertahan. Salah satu cara menekan biaya produksi dengan menekan total biaya persediaan bahan baku yang seminimum mungkin, baik dalam biaya pesanan, penyimpanan, kehilangan, dan kerusakaan bahan baku. Persediaan bahan baku harus dapat memenuhi kebutuhan rencana produksi, karena jika persediaan bahan baku tidak dapat dipenuhi, akan menghambat proses produksi. Keterlambatan jadwal pemenuhan produk yang dipesan konsumen dapat merugikan perusahaan dalam hal image yang kurang baik. Sedangkan jika persediaan bahan baku berlebihan dapat meningkatkan biaya penyimpanan, kerusakan, dan kehilangan bahan baku. Persedian bahan baku PT. KPL belum direncanakan dan dikendalikan, sehingga sering terjadi proses produksi terhambat, karena kehabisan bahan baku atau bahan baku yang dipesan belum diterima. Pada saat-saat tertentu bahan baku tersedia di gudang secara berlebihan, sehingga tidak jarang ada kehilangan bahan baku. Selain itu komputer PT. KPL masih belum dimanfaatkan secara optimal. Komputer PT. KPL hanya digunakan untuk menyajikan laporan kegiatan masa lampau, bukan sebagai penyaji informasi yang akurat. Untuk itu perlu adanya peramalan kebutuhan produk, perencanaan dan pengendalian persediaan yang didukung oleh sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi. 1.2 Perumusan masalah • Setelah melihat fenomena yang ada didalam latar belakang maka dapat dibuat suatu rumusan masalah yang nantinya diharapkan dapat membantu kinerja dari suatu perusahaan tersebut dengan rumusan masalah “ Bagaimanakah rancangan system informasi persediaan bahan baku dengan menggunakan terkomputerisasi PT. KPL“.  1.3 Tujuan penelitian  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah agar dapat diketahui bagaimana kondisi yang sebernarnya terjadi diperusahan tersebut sehubungan dengan informasi yang valid dan akurat sehingga dapat dibuat rancangan system informasi persediaan bahan baku dengan menggunakan terkomputerisasi . 1.4 Manfaat penelitian Dengan dibuatnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan nilai tambah bagi pihak yang berkompeten diantaranyaa adalah : • Bermanfaat bagi diri sendiri. Diharapkan agar setelah melakukan analisis ini maka kami dapat menambah ilmu pengetahuan dan juga wawasan dalam menempuh study kami sehingga nantinya bias dijadikan bekal setelah melakukan tugas makalah ini. • Bermanfat bagi perusahaan. Diharapkan agar setelah melakukan analisis ini maka kami dapat memberikan saran yang membagun sehingga dapat digunakan bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja bagi perusahan sehingga menjadikan perusahaan menjadi lebih maju dan berkembang. • Bermanfat bagi ilmu pengetahuan Diharapkan agar setelah melakukan analisis ini maka kami dapat memberikan pengetahuan dan juga observasi mengenai suatu kejadian dan juga pengalaman yang terjadi sehingga dapat dibuat sebagai bahan tambahan dari suatu keilmuwan yang ada sehingga kesempurnaan disuatu zaman pasti akan tercapai dengan lebih baik dari sebelumnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Peramalan Terdapat 2 kelompok besar metode peramalan, yaitu: kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dipakai apabila terdapat data masa lalu yang mendukung peramalan. Beberapa metode peramalan kuantitatif: Holt Winter, Moving Average With Index Seasonal, SingleExponential Smoothing, Double Exponential Smoothing, Multiplikatif Winter.Perhitungan metode tersebut dapat dilakukan dengan software Minitab atau QS. 2.2 Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai sumber daya yang belum digunakan. Persediaan mempunyai nilai ekonomis di masa mendatang pada saat aktif. Fungsi manajemen persediaan: A. Perencanaan persediaan: menentukan kebutuhan material untuk memenuhi rencana produksi yang telah disusun. B. Pengendalian persediaan: menentukan tingkat persediaan yang sesuai, dimana pemesanan harus dilakukan kembali, persediaan pengaman, pendataan tingkat dan kondisi persediaan. Perencanaan dan pengendalian persediaan yang efektif akan memberikan pemenuhan kebutuhan secara tepat baik waktu, jumlah, maupun spesifikasi dengan total biaya persediaan yang optimal. Biaya-biaya yang terkait dalam penentuan total biaya persediaan: A. Harga: harga beli per unit, jika item diperoleh dari vendor atau biaya produksi per unit bila item tersebut diproduksi sendiri. B. Biaya penyimpanan: biaya pemakaian area/ruang dan fasilitas-fasilitas dalam ruang penyimpanan, maupun fasilitas penanganan baik secara fisik maupun yang berkaitan dengan data/informasi persediaan. C. Biaya pemesanan: biaya yang timbul akibat proses pemesanan bahan baku setiap pengadaan/pembelian bahan baku. Biaya pemesanan meliputi biaya-biaya persiapan dan peletakan pesanan persediaan, biaya penanganan dan pengiriman pesanan, biaya pemeriksaan pesanan yang datang. Jika item diproduksi sendiri disebut setup cost, meliputi biaya persiapan mesin. Biaya ini ditentukan untuk sekali pemesanan. Salah satu metode pengendalian persediaan yang dapat digunakan adalah metode Economic Order Quantity(EOQ). EOQ merupakan jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk setiap kali pembelian/pemesanan. Yang dimaksud paling ekonomis adalah jumlah pembelian/pemesanan yang disertai dengan jumlah biaya yang paling rendah. EOQ dapat diformulasikan sebagai berikut:   2xAxD EOQ = --------  h Pada sistem persediaan harus dihitung frekuensi pemesanan dalam satu periode dengan rumus sebagai berikut: f = D/EOQ Waktu antar pemesanan dapat dihitung dengan rumus: t = EOQ/D   Jumlah kebutuhan bahan dalam 1 periode dapat dihitung dengan rumus: D = (permintaan produk ke-i x kebutuhan bahan baku/unit)  Reorder level dapat dihitung dengan rumus: R = (L x D) + safety stock  Sedangkan total biaya persediaan dapat dihitung dengan rumus: Total Biaya Persediaan = Biaya order + Biaya beli + Biaya simpan  dimana: EOQ : Jumlah pemesanan yang optimal A : Biaya satu kali pemesanan D : Jumlah kebutuhan bahan dalam 1 periode h : Biaya penyimpanan f : Frekuensi pemesanan dalam satu periode t : Waktu antar pemesanan R : Reorder level 2.3 Management by Exception Perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing mengubah bahan baku, bahan pembantu, dan tenaga kerja menjadi produk jadi. Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen; Kepala Bagian (Kabag) Produksi merencanakan dan menjadwalkan proses produksi, menghitung kebutuhan bahan baku, membuat Surat Perintah Kerja. Bagian Produksi melaksanakan Surat Perintah Kerja, mengawasi, dan mengendalikan aktivitas produksi. Kabag Produksi dapat melakukan aktivitas di atas dengan baik, jika tersedia informasi yang relevancy, accuracy, timeliness, dan completeness. Untuk itu diperlukan information processor yang mengubah data input resources, transformation process, dan outputresources menjadi informasi yang menggambarkan aktivitas produksi yang sebenarnya. Perusahaan yang cukup besar atau yang jumlah transaksinya cukup banyak, information processor diimplementasikan menggunakan aplikasi program komputer. Disamping informasi, Kabag Produksi juga memerlukan standards sebagai gambaran apa yang harus dikerjakan dan sebagai tolak ukur kinerja yang diharapkan, contoh: reorder level. KabagPPIC menggunakan standards reorder level untuk mengendalikan persediaan bahan baku, dengan membandingkan persediaan sesungguhnya dengan yang dihasilkan oleh information processor. Model management by exception dapat dilihat pada Gambar 1. Maksudnya manajer tidak memantau aktivitasnya secara terus menerus, melainkan manajer melakukan tindakan jika kinerja berada diluar batas yang sudah ditetapkan. Sehingga manajer dapat menggunakan waktunya secara lebih efektif untuk mengembangkan dan mencari peluang lain. 2.4 Production Cycle Activities Context diagram siklus produksi dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar context diagram dapat dilihat hubungan dan aliran informasi antara production cycle dengan revenue cycle , expenditure cycle, human resource management/payroll cycle, dan general ledger and reporting system. Sistem informasi revenue cycle menyediakan informasi pesanan kosumen dan ramalan permintaan produk. Informasi tersebut digunakan untuk merencanakan persediaan bahan baku. Sistem informasi production cycle menginformasikan produk jadi yang telah selesai diproduksi dan siap untuk dijual kepada sistem informasi expenditure cycle . Informasi usulan pembelian bahan baku dicatat dalam Purchase Requisition, dan diserahkan kepada sistem informasi expenditure cycle . Sistem informasi expenditure cycle memberi informasi pembelian bahan baku kepada sistem informasi production cycle. Informasi kebutuhan tenaga kerja diserahkan kepada human resource management / payroll cycle.Humanresource managemet / payroll cycle mengembalikan informasi biaya tenaga kerja.Terakhir informasi biaya produksi dikirimkan kepada sistem informasi general ledger and reporting system dan manajemen. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi operasional Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Rancang : Suatu kegiatan yang berfungsi untuk melakukan rencana untuk masa depan yang sesuai dengan program-program yang telah direncanakan 2. System informasi : Satu kesatuan alat atau komponen yang berfungsi untuk memberikan berita sehubungan dengan informasi yang yang dibutuhkan oleh pihak lain. 3. Persediaan bahan baku : Suatu cadangan bahan mentah yang akan diproses oleh suatu proses produksi. 3.2 Identifikasi penelitian Penelitian bersifat deskriptif, untuk mengambarkan secara rinci dan mengungkap keadaan yang sebenarnya. Sedangkan rancangan penelitiannya berupa studi kasus. Penulis melakukan penelitian pada PT. KPL dengan tujuan untuk melakukan analisa dan perancangan sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi. Pada penelitian ini tidak dilakukan perhitungan persentasi kecacatan produk, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. PT. KPL menentukan tingkat kecacatan 5%, biaya pemesanan Rp. 200.000,00, sedangkan biaya penyimpanan adalah Rp. 2.000,00. Penelitian dilakukan pada 10 jenis produk yang menggunakan bahan bakunya sama. Perencanaan dan pengendalian persediaan hanya dilakukan pada bahan baku. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif dan kualitatif. Sumber data berasal dari internal berupa data primer, meliputi: permintaan konsumen masa lalu; pembelian dan penerimaan bahan baku; pemakaian bahan baku; kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan persediaan bahan baku. Metode pengumpulan data menggunakan studi literatur dengan cara mengumpulkan dan mempelajari tinjauan teoritis guna menunjang penelitian dan perancangan, studi lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, menggunakan metode: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penulis melakukan perancangan pendahuluan dengan investigasi, mengamati, dan analisa sistem untuk mengetahui permasalahan. Dilanjutkan dengan perancangan konsep dengan mengevaluasi alternatif rancangan dan mengembangkan rancangan lebih spesifik. Pada tahap akhir penulis melakukan rancangan fisik berupa: peramalan kebutuhan produk dengan software Minitab, menghitung EOQ, merencanakan kebutuhan bahan baku, dan merancang logic system. 3.3 Teknik analisis  Dalam menganalisa data dalam penelitian ini, penulis menggunakan kaedah EOQ yang dipadu dengan software Minitab. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil perusahaan PT. KPL bergerak dibidang industri plastik, berlokasi di kawasan industri Margomulyo Surabaya. Proses produksi PT. KPL berdasarkan pesanan. PT. KPL memiliki 3 unit komputer, tetapi belum digunakan secara optimal. Komputer hanya digunakan untuk membuat laporan menggunakan Microsoft Word dan Excel. Bagian yang sudah memiliki komputer adalah bagian penjualan, akuntansi, dan produksi. Komputer yang ada di masing-masing bagian belum terintegrasi. Proses produksi untuk semua jenis produk pada intinya sama, perbedaan hanya pada cetakan produk. Setiap produk harus melalui 3 proses yang berurutan, yaitu: injeksi, inspeksi dan pengepakan. Kedua proses terakhir tidak memiliki persentase kecacatan. Nama produk, kode produk, kapasitas produksi, dan kebutuhan bijih plastik ditunjukkan dalam Tabel 1. 4.2 Ramalan Kebutuhan Data permintaan masa lalu diolah dengan beberapa alternatif metode peramalan. Dari hasil peramalan beberapa metode, dipilih MAD(Mean Absolute Deviation) terkecil untuk menentukan metode peramalan yang optimal. Metode peramalan Moving Average with Index Seasonal dipakai untuk kode produk 999A, 2000, SQ8, OO5, TAC3, dan 108. Sedangkan kode produk 150 dan TS3 menggunakan metode Multiplikatif Winter. Metode Single Exponential Smoothing digunakan pada kode produk TSY dan 508. Hasil peramalan kebutuhan untuk tiap produk dari bulan Januari sampai dengan Juni 2000 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Kapasitas Produksi dan Kebutuhan Bijih Plastik Tabel 2. Hasil Peramalan Kebutuhan Produk Tahun 2000 Pada proses pembuatan produk plastik, kecacatan yang ditimbulkan pada mesin injeksi sebesar 5%, maka saat meramalkan kebutuhan produk kecacatan harus diperhitungkan. Peramalan produk 999A Bulan Januari 2000 disertai kecacatan adalah 7.209,11 X 105% = 7.570 kg. Perhitungan produk lainnya untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2000 dilakukan dengan cara yang sama. Hasil peramalan kebutuhan produk disertai tingkat kecacatan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Peramalan Kebutuhan Produk Disertai Tingkat Kecacatan Th. 2000 Perhitungan dilakukan untuk menentukan jumlah pemesanan ekonomis setiap kali pemesanan. Biaya yang ditimbulkan untuk tiap kali pemesanan sebesar Rp. 200.000,00 sedangkan biaya penyimpanan untuk tiap kg/periode pemesanan sebesar Rp. 2.000,00. Perbandingan yang cukup besar (100 kali lipat) antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan menunjukkan bahwa penyimpanan 100 bahan baku sama dengan melakukan satu kali pemesanan. Hal ini berarti penyimpanan bahan baku lebih menguntungkan daripada melakukan pemesanan. Jumlah pemesanan ekonomis per bulan ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Pemesanan Ekonomis Tabel 4 digunakan sebagai standart pada management by exception yang akan diterapkan pada sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi. EOQ, Reoder Level, Frekuensi Order, Jarak Pemesanan, dan Total Biaya Persediaan Bulan Januari 2000 dapat dilihat di bawah ini. Perhitungan untuk Bulan Februari sampai dengan Juni 2000 dapat dilakukan dengan cara yang sama. Jumlah permintaan bahan baku per bulan: D = (permintaan produk ke-i * kebutuhan bahan baku/unit ) = (7.570 x 0,500) + (3.3921 x 0,087) + (20.469 x 0,125) + (4.538 x 0,833) + (3.530 x 0,469) + (13.569 x 0,370)+(40.219 x 0,146)+(9.471,3 x 0,449)+(14.684 x 0,347) + (34.702 x 0,076) = 37.591,94 kg Pemesanan ekonomis: EOQ = (2 x Rp.200.000,00 x 37.591,94 / Rp. 2.000,00) = 2.741,97 kg Frekuensi pemesanan : f = D/EOQ = 37.591,94 / 2.741,97 = 13,71 kali Jarak antar pemesanan: t = EOQ/D = 2.741,97 / 37.591,94 = 0,072 bulan Reorder level: R = (L x D) + safety stock = (2 x 37.591,94 x 12/300) +(37.591,94 x 20% x 12/300) = 3.308,09 kg Total biaya persediaan: = Biaya order + Biaya beli + Biaya simpan = Rp. 200.000,00 + (Rp. 2.000,00 x 2741.97)+(20% x Rp. 2.000,00 x 2741.97 / 2) = Rp. 75.932.270,83 Jarak dan frekuensi pemesanan dapat dihitung dengan memperhatikan jumlah permintaan. Pemesanan ekonomis menghasilkan total biaya persediaan yang minimum.Nilai EOQ yang telah dihitung dimasukkan dalam Master Planning Schedule harian atau yang lebih dikenal sebagai Material Requirement Planning dapat dilihat pada Tabel 5 sampai dengan 10. Dari tabel tersebut dapat dilihat kapan bagian pembelian harus memesan kembali bahan baku dan berapa unit bahan baku yang harus dipesan. Pada perhitungan pemesanan dan frekuensi pemesanan juga perlu mempertimbangkan persediaan yang ada di gudang pada saat itu. Jumlah persediaan yang ada di gudang saat itu akan sangat mempengaruhi frekuensi permintaan bahan baku yang dipesan. 4.3 Rancang Sistem Informasi Persediaan Bahan Baku Terkomputerisasi PT. KPL Tabel MRP manual, yang dihasil dari penelitian pada Tabel 5 sampai dengan 10 tidak dapat menyesuaikan, jika jumlah permintaan kebutuhan produk melebihi jumlah produk yang direncanakan atau pemakaian bahan baku tidak sesuai dengan yang direncanakan. Sehingga informasi permintaan pembelian bahan baku tidak akurat, yang pada akhirnya dapat mempersulit perencanaan dan pengendalian bahan baku. Untuk itu perlu dirancang sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi yang on-line. Dalam rancangan sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi hanya dirancang sistem informasi secara konseptual. Sistem informasi konseptual digambarkan dengan model grafik: proses dan data. Model proses yang akan digunakan adalah Data Flow Diagram, sedangkan model data adalah Entity Relationship . 4.4 Rancangan Data Flow Diagram Sistem Informasi Persediaan Bahan Baku Rancangan data flow diagram sistem informasi persediaan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 3. Dari gambar tersebut dapat dilihat akitivitas perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku, serta aktivitas apa saja yang dapat mempengaruhi persediaan bahan baku. Aktivitas yang terlibat adalah Penerimaan Pesanan, Pengiriman Produk, Peramalan Kebutuhan Produk, Perencanaan dan Penjadwalan Produksi, Proses Produksi, Pemesanan Bahan Baku, dan Penerimaan Barang. Pada aktivitas Penerimaan Pesanan ditunjukkan aktivitas penerimaan pesanan oleh Bagian Pemasaran dengan diterbitkannya Sales Order. Jika jumlah produk tidak memenuhi permintaan Customer, maka Bagian Pemasaran menginformasikan kebutuhan produk kepada Bagian Produksi. Keseluruhan pesanan, baik yang dapat dilayani maupun yang tidak dapat dilayani dicatat oleh Bagian Pemasaran pada file Sales Order. Berdasarkan Sales Order Bagian Gudang menyiapkan produk dan membuat Packing Slip. Bagian Pengiriman mengirim barang disertai dengan Packing Slip, kemudian mengembalikan Packing Slip kepada Bagian Pemasaran. Bagian Pemasaran melakukan peramalan kebutuhan produk berdasarkan data pesanan tahun lalu, ditunjukkan pada aktivitas Peramalan Kebutuhan Produk. Metode peramalan kuantitatif yang digunakan adalah Holt Winter, Moving Average With Index Seasonal, Single Exponential Smoothing, Double Exponential Smoothing, Multiplikatif Winter. Perhitungan dilakukan dengan bantuan software Minitab atau QS. Hasil peramalan dicatat pada file Ramalan Kebutuhan Produk dan diinformasikan kepada Bagian Produksi. Tabel 5. MRP Bulan Januari 2000 Tabel 6. MRP Bulan Februari 200 Tabel 7. MRP Bulan Maret 2000 Tabel 8. MRP Bulan April 2000 Tabel 9. MRP Bulan Mei 2000 Tabel 10. MRP Bulan Juni 2000 Gambar 3. Rancangan Data Flow Diagram Sistem Informasi Persediaan Bahan Baku  Pada aktivitas Perencanaan dan Penjadualan Produksi, penulis hanya menekankan pada aktivitas perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku. Rumus-rumus pengendalian persediaan pada sub 2.2 dimasukkan ke dalam program komputer.Berdasarkan file Ramalan Kebutuhan Produk, Sales Order, Bill of Material, Persentase Cacat, Produk Jadi, Bahan Buku, dan WIP Bagian Produksi dapat melihat informasi permintaan per bulan, EOQ, reorder level, frekuensi order, jarak pemesanan, dan total biaya persediaan dengan bantuan komputer. Selain itu Bagian Produksi dapat melihat informasi MRP yang akurat. Reorder level digunakan oleh komputer sebagai standart. Maksudnya jika persediaan bahan baku sudah mencapai tingkat reorder level, maka komputer yang akan menyajikan informasi permintaan pembelian bahan baku kepada Bagian Produksi. Bagian Produksi mencetak permintaan pembelian bahan baku, dan menyerahkannya kepada Bagian Pembelian. Dengan demikian Bagian Produksi tidak harus memperhatikan persediaan terus menerus. Akitivitas Proses Produksi dilakukan oleh Bagian Produksi, setelah mendapat Surat Perintah Kerja dan Daftar Permintaan Bahan Baku dari Kepala Produksi. Berdasarkan Daftar Permintaan Bahan Baku Bagian Produksi meminta bahan baku kepada Bagian Gudang. Pada saat Bagian Gudang mengeluarkan bahan baku, juga harus dicatat pada file Bahan Baku. Bagian Produksi melakukan proses produksi. Produk yang masih dalam proses dicatat pada file WIP, sedangkan produk jadi dicatat pada file Produk Jadi. Akitivas Pemesanan Bahan Baku dilakukan, jika persediaan bahan baku sudah mencapai tingkat reorder level. Bagian Pembelian mencari Vendor yang dapat memberikan bahan baku dengan harga termurah dan kualitas yang baik. Bagian Pembelian menerbitkan Purchase Order, menyerahkan Purchase Order asli kepada Vendor dan salinan Purchase Order kepada Bagian Penerimaan. Vendor mengirim bahan baku disertai dengan Goods Packing Slip. Bagian Penerimaan menyerahkan Goods Packing Slip kepada Bagian Pembelian dan mencatat penerimaan pada file Bahan Baku. Dari aktivitas-aktivitas di atas tampak perlu adanya sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi yang on-line, agar diperoleh informasi yang akurat untuk perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku. Dengan sistem terkomputerisasi on-line diharapkan adanya feed back , sehingga MRP dapat disajikan secara akurat. 4.5 Rancangan Entity Relationship Diagram Sistem Informasi Persediaan Bahan Baku Berdasarkan aktivitas yang diusulkan perlu adanya tempat penyimpanan data berupa file. Penulis mengusulkan Entity Relationship Diagram yang dapat dilihat pada Gambar 4. Entity Relationship Diagram digunakan untuk memudahkan perancangan sistem fisik database. Gambar 4. Entity relationship diagram BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari penelitian dan perencanan dapat disimpulkan: 1. Jumlah pemesanan ekonomis dengan frekuensi pemesanan maksimum untuk tiap bulan menghasilkan biaya total persediaan yang minimum, dibandingkan dengan frekuensi pemesanan yang lebih sering. 2. Pengurangan frekuensi pemesanan akan mengurangi total biaya persediaan, karenabiaya yang dikeluarkan untuk setiap kali pesan sebanding dengan 100 unit bahan baku yang disimpan pada tiap periode 3. Sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi dapat menyajikan informasi yang relevancy, accuracy, timeliness, dan completeness, sehingga memudahkan Kabag Produksi untuk merencanakan dan mengendalikan presediaan bahan baku. SARAN 1. Untuk penelitian lebih lanjut perlu ditentukan kembali persentase kecacatan, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. Untuk menentukan total biaya persedian yangminimum, juga perlu diperhitungkan bunga bank. Sehingga perhitungan jumlah pemesanan akan lebih akurat. 2. Segera dirancang sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi secara fisik, dengan pembuatan program aplikasi. Sebelum program aplikasi diterapkan bagian yang bersangkutan harus diberi pelatihan....

Rumahku surgaku

Sejak kecil aku menyenangi kemandirian sehingga dimana saja aku sangat tidak tergantung pada siapapun. hal itu berakibat tingginya rasa percaya diri dalamdirisaya. aku menginginkan dapat membuat kesejahteraan pada diiri dan orang disekitar kita menggunakan kaedah ilmu ekonomi yang pernah kupelajari di universitas wijaya kusuma surabaya.....

 

 


KANTORKU

peralatan dan juga persediaan alat-alat kantor sudah aku sediakan disini cuma tunggu kamu aja apa yang kamu perlukan tinggal klik sini ..,,

26 January 2012

Pelatihan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG ”The only way we can beat the competition is with people” demikian kata Robert J. Eaton, chief executive officer (CEO) produsen mobil terkemuka di Amirika Serikat. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa meskipun kita dewasa ini berada di era teknologi canggih, peran SDM dalam menentukan keberhasilan organisasi atau perusahaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Membicarakan sumberdaya manusia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan atau proses manajemen lainnya seperti strategi perencanaan, pengembangan manajemen dan pengembangan organisasi. Keterkaitan antara aspek-aspek manajemen itu sangat erat sekali sehingga sulit bagi kita untuk menghindari dari pembicaraan secara terpisah satu dengan lainnya. Pelatihan dan pengembangan SDM menjadi suatu keniscayaan bagi organisasi, karena penempatan karyawan secara langsung dalam pekerjaan tidak menjamin mereka akan berhasil. Karyawan baru sering sering merasa tidak pasti tentang peranan dan tanggung jawab mereka. Permintaan pekerjaan dan kapasitas karyawan haruslah seimbang melalui program orietasi dan pelatihan. Keduanya sangat dibutuhkan. Sekali para karyawan telah dilatih dan telah menguasai pekerjaannya, mereka membutuhkan pengembangan lebih jauh untuk menyiapkan tanggung jawab mereka di masa depan. Ada kecenderungan yang terus terjadi, yaitu semakin beragamnya karyawan dengan organisasi yang lebih datar, dan persaingan global yang meningkat, upaya pelatihan dan pengembangan dapat menyebabkan karyawan mampu mengembangankan tugas kewajiban dan tanggung jawabnya yang lebih besar. 1.2. RUMUSAN MASALAH 1) Apakah yang dimaksud dengan pelatihan (training) dan pengembangan (development) SDM? 2) Apasaja tujuan diadakannya pelatihan (training) dan pengembangan (development) SDM? 3) Apasaja jenis-jenis pelatihan (training) dan pengembangan (development) SDM? 4) Bagaimana tahapan pelatihan (training) dan pengembangan (development) SDM? 5) Apasaja program pelatihan (training) dan pengembangan (development) SDM? 6) Bagaimana proses pelatihan (training) dan pengembangan (development) SDM? 7) Apasaja permasalahan yang terjadi dalam pelatihan (training) dan pengembangan (development) SDM? 8) Bagaimana metode-metode yang digunakan dalam pelatihan (training) dan pengembangan (development) SDM? 1.3. TUJUAN 1) Untuk mengetahui apa yang dimaksukan dari pelatihan dan pengembangan SDM. 2) Untuk mengetahui bagaimana proses serta apasaja jenis – jenis pelatihan dan pengembangan SDM. 3) Untuk mengetahui tahapan - tahapan yang ada dalam pelatihan dan pengembangan SDM   BAB II. PEMBAHASAN Pada strategi bisnis perusahaan, secara kompehensip juga memuat strategi pengembangan SDM. Salah satu strategi di bidang pengembangan SDM adalah dengan melakukan Training & Development, bahkan bagi perusahaan yang sudah cukup besar, sebaiknya memiliki bagian T&D tersendiri, yang “in line” atau sejalan dengan strategi pengembangan Sumber Daya Manusia.  Pengertian Training and Development (TD) Pendapat “Wexley dan Yukl” tersebut lebih memperjelas penggunaan istilah pelatihan dan pengembangan. Mereka berpendapat bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan istilah-istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana, yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan, dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi. Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam pengambilan keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) bagi manajemen tingkat atas dan manajemen tingkat menengah sedangkan pelatihan dimaksudkan untuk pegawai pada tingkat bawah (pelaksana). Pengertian pelatihan dan pengembangan pegawai, dikemukakan oleh Adrew E. Sikula (1981 : 227) yaitu Istilah pelatihan ditujukan pada pegawai pelaksana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis, sedangkan pengembangan ditujukan pada pegawai tingkat manajerial untuk meningkatkan kemampuan konseptual, kemampuan dalam pengambilan keputusan, dan memperluas human relation. Mariot Tua Efendi H (2002) latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai. Selanjutnya mariot Tua menambahkan pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Tetapi, dilihat dari tujuannya, umumnya kedua konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk malakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini, dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja. Sjafri Mangkuprawira (2004) pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Sedangkan pengembangan memiliki ruang lingkup lebih luas. Dapat berupa upaya meningkatkan pengetahuan yang mungkin digunakan segera atau sering untuk kepentingan di masa depan. Pengembangan sering dikategorikan secara eksplisit dalam pengembangan manajemen, organisasi, dan pengembangan individu karyawan. Penekanan lebih pokok adalah pada pengembangan manajemen. Dengan kata lain, fokusnya tidak pada pekerjaan kini dan mendatang, tetapi pada pemenuhan kebutuhan organisasi jangka panjang. Said Haryadi menjelaskan, bahwa dalam training & development, dikenal adanya pengembangan Level Organisasi dan Level Individu. Pengembangan level organisasi terkait dengan kebutuhan suksesi, dan bertujuan untuk mempersiapkan kandidat agar sukses pada posisi yang akan datang. Pengembangan level individu terkait dengan kebutuhan peningkatan kinerja individu pada posisi saat ini, dan bertujuan membantu karyawan untuk sukses pada posisi saat ini. Pada suatu perusahaan, umumnya pengembangan level organisasi, disatukan dalam bagian strategi pengembangan SDM. Pengembangan dilakukan pada kandidat yang telah mengikuti proses assessment center, dan telah diketahui hasilnya bahwa kandidat memiliki potensi untuk dikembangkan dan sukses pada suatu target posisi tertentu. Pengembangan pada kandidat ini, dilakukan pada kompetensi yang belum memenuhi standar pencapaian yang ditentukan. Sedangkan pengembangan level individu, dilakukan sebagai follow up dari penilaian kinerja individu, dan dilakukan setelah diketahui pencapaian kinerja individu dan pada level kompetensi mana yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kinerja individu tersebut.  Tujuan Training and Development (TD) 1) Meningkatkan produktivitas kerja. 2) Meningkatkan kualitas kerja. 3) Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi. 4) Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja. 5) Meningkatkan perkembangan pribadi karyawan / pegawai. 6) Meningkatkan ketetapan perencanaan SDM 7) Meningkatakan rangsangan agar para pegawai berprestasi secara maksimal.  Jenis – jenis Training and Development (TD) Pelatihan sumber daya manusia dapat dibedakan ke dalam pelatihan yang dilakukan organisasi yang disebut “pelatihan organisasional” (organizational training) dan pelatihan yang dilakukan sendiri oleh peserta pelatihan yang disebut “instruksi sendiri” (self-instruction). 1. Pelatihan organisasional (organizational training). Pelatihan organisasional (organizational training), sebagai salah satu jenis proses be-lajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar system pendidikan yang ber-laku dalam waktu yang relatif singkat dapat dilaksanakan sementara karyawan itu dalam be-kerja atau di luar kerja. Yang terdahulu disebut “pelatihan dalam kerja” sedang yang terakhir disebut “pelatihan luar kerja”. 2. Pelatihan dalam kerja (on the job training). Pelatihan dalam kerja (on the job training) merupakan suatu jenis pelatihan untuk ka-ryawan dalam bentuk pelatihan praktek dengan menggunakan suasana dan tempat karyawan itu melakukan tugasnya, sebagai lawan dari pelatihan diluar tempat kerja. Pelatihan dalam kerja meliputi, diantaranya, magang, rotasi jabatan, instruksi kerja, pelatihan pendahuluan, permainan bisnis, permainan peranan, pelatihan kemahiran, dan penugasan sementara. 3. Pelatihan luar kerja (off the job training). Pelatihan luar kerja (off the job training), yang berbeda dengan pelatihan dalam kerja (on the job training), merupakan pelatihan karyawan yang diselenggarakan dan berlangsung di luar tempat karyawan yang bersangkutan bekerja. Banyak model pelatihan luar kerja yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi. Pelatihan luar kerja meliputi studi kasus, pelatihan laboratorium, kursus khusus, dan pelatihan di lembaga pendidikan. 4. Instruksi sendiri (self instruction), atau lebih popular namun kurang cermat, “belajar sendiri”, adalah suatu istilah yang digunakan untuk melukiskan setiap situasi pembelajaran di mana para peserta pembelajaran tersebut mengambil tanggungjawab atas pembelajaran mereka sendiri.  Tahapan- tahapan Training and Development (TD) Tahapan pengembangan SDM sebaiknya dimulai dari tahap pertama, yakni identifikasi kebutuhan pengembangan. Dalam tahapan ini, kita sejatinya hendak menggali proses pengembangan apa yang paling cocok bagi individu tertentu. Dalam proses ini kita melakukan asesmen mengenai strenghts dan areas for development dari tiap individu (karyawan). Asesmen dapat dilakukan dengan melalui pola assessment center atau juga melalui observasi dan evaluasi dari atasan masing-masing (cara ini lebih praktis dibanding harus menggunakan assessment center).  Dari hasil asesmen tersebut kita kemudian bisa merumuskan program pengembangan apa yang cocok bagi karyawan yang bersangkutan. Sebaiknya perumusan program pengembangan hasil asesmen ini tidak hanya didasarkan pada kelemahan karyawan, namun justru harus lebih bertumpu pada kekuatan yang dimiliki oleh karyawan tersebut (pendekatan semacam ini disebut sebagai strenght-based development). Menurut riset, pendekatan semacam ini lebih efektif dibanding pendekatan yang bertumpu pada kelemahan individu.  Jenis program atau proses pengembangan yang disusun juga tidak mesti harus berupa training di ruang. Ada banyak alternatif program pengembangan lain seperti: 1. mentoring (karyawan yang dianggap senior dan memiliki keahlian khusus menjadi mentor bagi sejumlah karyawan lainnya)  2. project/special assignment (penugasan khusus untuk menambah job exposure) 3. job enrichmnet (memperkaya bobot pekerjaan)  4. On-the-job training.  Tahapan berikutnya adalah monitoring dan evaluasi pelaksanaan program pengembangan yang telah disusun. Dalam fase ini, setiap progres pelaksanaan program dimonitor efektivitasnya dan kemudian pada akhir program dievaluasi dampaknya terhadap peningkatan kinerja karyawan yang bersangkutan, dan juga pada kinerja bisnis.  Serangkaian tahapan di atas mulai dari fase identifikasi, fase penyusunan program pengembangan dan fase monitoring/evaluasi sebaiknya dibakukan dalam mekanisme yang sistematis dan tersandar. Sebaiknya disusun juga semacam buku panduan lengkap untuk melakukan serangkaian proses di atas, disertai tools yang diperlukan. Dengan demikian, setiap manajer atau karyawan paham akan apa yang mesti dilakukan. Tentu saja, harus ada pengelola dari departemen SDM yang bertugas khusus untuk memastikan bahwa serangkaian proses di atas dapat dilakukan dengan benar dan tertib. Pola semacam inilah yang mesti dilakukan jika perusahaan benar-benar ingin mendayagunakan potensi setiap SDM-nya secara optimal.   Langkah – langkah / ProsesTraining and Development (TD) Program pelatihan terdiri dari 5 langkah yaitu : 1) Menganalisis kebutuhan Keterampilan dan kebutuhan calon yang akan dilatih dan mengembangkan pengetahuan khusus yang terukur serta tujuan prestasi. 2) Merancang instruksi Untuk memutuskan, menyusun, dan menghasilkan isis program pelatihan, temasuk buku kerja, latihan, dan aktivitas; dengan menggunakan teknik pelatihan kerja langsungdan mempelajarina dengan dibantu oleh computer. 3) Langkah validasi Program pelatihan dengan menyajikan beberapa pemirsa yang dapat mewakili.  4) Menerapkan seluruh program Dapat melatih kandidat / karyawan yang ditargetkan oleh sebuah perusahaaan / organisasi. 5) Evaluasi dan tindak lanjut Dimana manajemen dapat menilai keberhasilan atau kegagalan dalam program ini. Kebayakan perusahaan tidak dan mungkin saja tidak perlu membuat bahan pelatihan sendiri karena banyak bahan yang tersedia on-line atau off –line. Sebagai contoh, situs pengembangan professional thinq.com yang menawarkan banyak sekali kursus berbasis-Web yang bias diambil karyawan secara on-line.  Metode- metode Training and Development (TD) On-The Job Training   Metode On-the job trianing yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), peta-peta, sample masalah, transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dan mendemostrasikan pekerjaan agar pegawai baru dapat memahami dengan jelas.   Diskusi Umum (Diskusi Kelas)   Pengertian Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain   Curah Pendapat (Brain Storming)   Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.   Diskusi Kelompok   Pengertian Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok   Bermain Peran (Role-Play)   Pengertian Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peranperan yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.   Simulasi   Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.  Sandiwara   Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.   Demonstrasi   Pengertian Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan   Praktek Lapangan   Pengertian Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalah pengembangan keterampilan.   Permainan (Games)   Pengertian Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.  Permasalahan Dalam Pelatihan (Training Problem) Masalah – masalah yang terdapat di dalam perusahaan atau organisasi pada umumnya ada kaitan dengan pelatihan antara lain: 1) Masalah kemampuan personil (Performance). Fokus perhatian apakah para pekerja sudah memahami atau dapat melakukanapa yang seharusnya mereka kerjakan. 2) Perubahan teknologi dan sistem. Pengembangan penggunaan teknologi baru pada perusahaan perlu diimbangi peningkatan kemampuan personil pelaksanaannya. Perubahan system kerja ini dapat berdampak kepada proses interaksi system lama yang juga perlu diimbangi dengan adaptasi kerja dan pelaksanaannya. 3) “Automaticor Habitual Training”. Dalam hal tertentu pelatihan merupakan suatu hal yang selalu dilakukan baik karens sudah menjadi keharusan. Di sini pendidikan dilaksanakan tanpa didasarkan kepada alasan khusus tentang perlunya pelatihan. Ketiga hal di atas semuanya memerlukan tindakan pendidikan. Namun demikian sebelum dilakukan penyediaan sumber pendidikan perlu dilakukan pengkajian yang cermat telebih dahulu agar pendidikan yang akan dilaksanakan lebih efektif dan mengarah pada pemecaha masalah.   KESIMPULAN Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai. Pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Tetapi, dilihat dari tujuannya, umumnya kedua konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk malakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini, dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.

Objek Wisata

OBJEK WISATA Pada hakekatnya pariwisata adalah kegiatan budaya. Di wilayah Kota Sawahlunto banyak dijumpai objek-objek pariwisata yang dapat digali potensinya sebagai daerah tujuan pariwisata, baik wisata alam, wisata kultural/budaya maupun jenis wisata lainnya. Beberapa tujuan wisata yang cukup baik dan potensial di Kota Sawahlunto adalah: Objek Wisata Kota Lama dan Tambang. Atraksi pertambangan merupkan atraksi yang membuat seluruh bagian Kota Lama Sawahlunto menjadi daerah yang paling unik karena merupakan satu-satunya kota tambang tertua di Indonesia, serta memiliki serajah terbentuknya kota pemukiman yang unik pula secara budaya maupun secara fisiknya. Objek-objek yang dapat mendukung pengembangan pariwisata Kota Lama dan Tambang antara lainnya: -  Pertambangan Sungai Durian dan Ex. Sekolah Pertambangan Daerah ini merupakan daerah tambang pertama, yang sekarang menjadi diklat (berseberangan dengan asramanya). Letaknya ada di jalan utama Sawahlunto-Talawi. Dibagian belakangnya terdapat gua bekas tambang yang sudah ditutup sejak tahun 1993 karena mengandung gas methane.  -  Pertambangan Plat TengahPertambangan ini terletak disepanjang jalan utama Sawahluto-Talawi, dengan conveyor yang melintasi jalan raya tersebut. Disinilah terletak Lobang Sawah Rasau yang merupakan tambang kedua setelah Sungai Durian. Banyak benda-benda bersejarah sisa peninggalan Belanda terdapat disini.  -  Stasiun Kereta ApiStasiun ini sekarang masih beroperasi sebagai stasiun pengatur kereta api yang mengangkut batubara ke Solok. Disini terdapat benda-benda lama seperti Lokomotif tua serta alat pemutar rel Kereta api.  -  Bangunan Mesjid AgungKondisi bangunan Mesjid Agung Sawahlunto yang semula adalah gudang mesiu ini cukup baik. Fungsi dan bentuk bangunan tersebut sudah berubah dari bangunan semula. Cerobong bangunan saat ini digunakan sebagai minerat mesjid yang berupa menara dengan tangga memutar ke dalamnya. Atap bangunannya telah menjadi kubah. Walaupun telah mengalami cukup banyak perubahan mesjid ini merupakan suatu yang unik yang terdapat di Kota Sawahlunto.  -  Bangunan GerejaBangunan dengan gaya arsitektur kolonial (art deco) ini mempunyai suatu keunikan tersendiri dan merupakan sala satu elemen yang merupakan satu kesatuan dalam sejarah berdirinya dan tumbuhnya Kota Sawahlunto.  -  Batu SandaranBatu sandaran ini terletak dikelurahan Balai Batu Sandaran yang terletak di jalur lingkar luar Selatan Kota Sawahlunto. Obyek ini berasal dari legenda tentang beberapa sesepuh adat bermusyawarah di tempat tersebut dan bersandar pada jajaran batu yang berbentuk sandaran, yang masih ada sampai saat ini. -  RESORT WISATA KANDI TANAH HITAM Resort wisata Kandi Tanah Hitam luas 393,4 Ha berjarak ± 12 Km dari Pusat Kota Sawahlunto, terletak sebelah utara dari Pusat Kota Lama. Resort Kandi di lalui oleh sungai Batang Ombilin disanan terdapat 3 (tiga) buah Danau dengan pemandangan yang cukup indah yaitu : danau Kandi, Danau Tanah Hitam, danau Tandikat, ke tiga Danau ini merupakan bekas galian Tambang Baru bara. Status lahan merupakan lahan bekas tambang batu bara milik PT.Bukit Asam yang sudah diserahkan kepada Pemda Kota Sawahlunto. KAWASAN DANAU KANDI Luas Lahan : 2,9 ha dan Sarana yang tersedia saat ini Dermaga, kafetaria dan mushala, parkir, lahan yang masih dapat dikembangkan Dilintasi oleh jalan utama yang ada di lokasi resort wisata Rencana Pengembangan Dibutuhkan peralatan untuk rekreasi air Pengelola professional yang memberikan konstribusi kepada pemerintah daerah Penambahan fasilitas dan sarana penunjang lainnya seperti taman Pembangunan kantor pengelolaKafetaria dan sarana penunjang lain STADION OLAH RAGA Luas Lahan : 10 Ha milik Pemerintah Kota Sawahlunto Sarana yang tersedia Lahan berbentuk dataran sehingga memudahkan dalam pembangunan stadion olah raga Posisi wilayah rencana berada di tengah resort wisata Akses jalan Rencana Pengembangan Pembangunan stadion dan tempat pertandingan olah raga seperti sepak bola, atletik, GOR dll - Bertenaga by KerSip Open Source Dibuat: 8 October, 2008, 13:37 Pembangunan tempat parkir BREEDING FARM Luas lahan : 11 ha Milik Pemerintah Kota Sawahlunto Sarana yang tersedia saat ini Pengelolaan PT.Lembu Betina Subur yang merupakan perusahaan patungan antara Pemda Sawahlunto dan swasta Sapi 200 ekor serta kandang dnegan kapasitas 400 ekor Lahan rumput, akses jalan ke lokasi serta sumber air Rencana Pemgembangan  Investasi ternak sapi sampai dnegan 500 ekor Pembangunan sarana dan prasarana lainnya ARENA ROAD RACE Lausa lahan : 10 ha milik Pemerintah Kota sawahlunto Sarana yang tersedia saat ini  Track sirkuit beraspal hotmix sepanjang 1,2 km berstandar nasional Paddock  Lahan untuk pembangunan fasilitas penunjang lainnya Transportasi dilalui oleh jalan utama yang ada di lokasi resort wisata Rencana Pengembangan Pengelola professional yang mampu melaksanakan event road race nasional minimal 1 kali setahun dan local minimal 5 kali setahun serta memberikan konstribusi kepada pemerintah daerah Penambahan fasilitas tribune permanent untuk tanu VIP Pembanguna kantor pengelola Kafetaria dan sarana penunjang lainnya serta lapangan parkir GELANGGAN PACUAN KUDA Luas lahan 39,69 Ha milik Pemerintah Kota Sawahlunto Sarana yang tersedia saat ini :  Track pacuan dengan panjang 1.400 meter dan lebar 20 meter Track pacuan dengan panjang 1.400 meter dan lebar 20 meter Tribune VVIP dengan kapasitas 300 penonton, tribune VIP dengan kapasaitas 500 penonton,tribune masyarakat dnegan kapasitas lebih dari 30.000 penonton Mushalla Kandang kuda dengan kapasitas 200 ekor 2 unit tower judge dan steward Foto finish Mounting Yard Saddling Paddock Jalan Kuda Kafetaria Lahan untuk pengembangan  TAMAN SATWA/ TAMAN SAFARI MINI Perkiraan Investasi : Rp 25 Milyar Luas lahan : 40 Ha milik Pemerintah Kota Sawahlunto Sarana yang tersedia Lahan berbentuk seperti hutan yang merupakan lahan bekas tambang yang telah direklamasi Rencana pengembangan PEnataan dan pematangan lahan Penanaman pohon-pohon lain seperti mahoni, jati dan lain-lain Pembuatan kandang Investasi binatang Pembangunan kantor pengelola Pembangunan tempat parkir  PERHOTELAN DAN COTTAGE  Perkiraan Investasi : Rp 20 Milyar Luas lahan : 10 Ha milik Pemerintah Kota Sawahlunto  Sarana yang tersedia Akses jalan beraspal hotmix Sumber air Fasilitas listrik dan pembangkit Transportasi ke daerah rencana dengan melewati danau kandi - Bertenaga by KerSip Open Source Dibuat: 8 October, 2008, 13:37 Rencana pengembangan pembangunan cottage/penginapan minimal 50 kamar yang dilengkapi fasilitas hotel bertaraf bintang 3 CACAO Budi daya cacao di Kota Sawahlunto semakin diminati oleh masayarakat karena cacao sat ini menjadi komoditi unggulan di sector perkebunan yang diharapkan akan meningkatkan perekonomian masayarakat. Senagai produk unggulan cacao tersebar di seluruh kecamatan yang di Kota Sawahlunto. Bibit yang dibiayai oleh dana APBD Kota Sawahlunto sebagai berikut : Investasi (dana APBD) : Rp 1.495.000.000 a. Lahan ± (1600 ha) : milik masyarakat b. Bibit : 1 juta batang c. Perkiraaan produksi biji/thn/1 btg pohon : 2 – 2 ½ kg siap jual Disamping itu untuk lebih meningkatan pendapatan petani, bagi petani yang memiliki tanaman cacao sebanyak 300 batang dan telah berusia 1 tahun dapat fasilitas pemberian pinjaman ternak sapi dengan cacao sebagai jaminannya. Telah dilakukan pelatihan dan magang petani cacao Telah dibentuk Koperasi Petani cacao dan telah dikirim petani ke Pabrik Pengolahan Coklat di Tangerang PT.Bumi Tangerang sebanyak 12 orang Akan ditanda tangai perjanjian dneagn perusahan tersebut. TANAMAN ATSIRI Pengemabngan tanaman itsiri merupakan kerja sama dengan Puslitbangbun yang bertujuan untuk peningkatan pendapatan petani terutama yang berada di lahan kritis dnegan mengolahnya menjadi minyak atsiri Saat ini telah dikembangkan tanaman Atsiri seluas 20 Ha dengan bantuan untuk 20 KK senilai Rp 172.700.000,- dan tahun ini akan ditambah lagi seluas 60 Ha senilai Rp 518.001.000,- Telah difasilitasi dengan alat suling OBJEK WISATA AIR WATERBOOM Likasi Desa Muaro Kalaban Terletak disisi jalan (Negara) Lintas Sumatera 6 K dari pusat Kota Sawahlunto Berada di lingkungan perbukitan dengan alam yang segar Luas lahan ± 7000 m2 milik Pemda Kota sawahlunto Pembangunan yang sedang berjalan : Bangunan fisik gedung Bangunan kolam renang dan water boom Landcape. Pertamanan, dan parker Interior Bangunan Fisik Dalam pengembangannya akan dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung seperti : Fasilitas utama Shelter Waterboom Air terjun alam berupa tirai air Jembatan penghubung Treatment Sumber air kolam Reservoir air Jalan setapak, dan tangga Fasilitas Pendukung Bangunan pintu gerbang Toko peralatan olahraga air, mainan anak-anak dan souvenir Bangunan hotel Pusat jajan(Puja sera), dan Gazebo Area parkir PESONA OBJEK WISATA DI KOTA SAWAHLUNTO Kota Sawahlunto awalnya merupakan areal persawahan yang berada dalam wilayah adat Nagari Kubang. Sejak Tahun 1887 Sawahlunto mulai dirancang oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kota yang berorientasi pada industri tambang batubara. Kota ini dipersiapkan sebagaimana layaknya sebuah kota, dengan jaringan jalan, penataanbangunan, system drainase dan sanitasi yang sempurna. Pada tahun 1998 setelah beroperasi lebih dari seratus tahun, eksploitasi tambang terhenti karena stagnasi batubara. Kota tambang ini kemudian tumbuh menjadi suatu Kota Wisata Tambang yang Berbudaya. Keunikan kota yang berjarak 95 KM dari kota Padang ini, terletak pada bangunan sejarah, bekas industri tambang, wisata kerajinan, wisata pendidikan dan wisata kuliner. Saat ini Pemeintah Kota Sawhalunto tengah mengembangkan wisata rekreasi dengan hadirnya water boom Muaro Kalaban dan Taman Satwa Kandi. Keragaman budaya multietnis yang dipertahankan oleh - Bertenaga by KerSip Open Source Dibuat: 8 October, 2008, 13:37 masyarakat Sawahlunto memberi warna dan sentuhan istimewa bagi pariwisata kota ini. KAWASAN KOTA LAMA  Dipusat kota lama kita dapat menikmati indahnya arsitektur bangunan bersejarah berlanggam Indies dan Pecinan. Masjid Agung Nurul Islam berdiri di areal bekas bangunan pembangkit listrik pertama di Sawahlunto. Tepat dibawah mesjid, terdapat bunker yang dulunya pernah digunakan sebagai tempat merakit senjata, mortar dan granat tangan. Disamping mesjid yan berdiri tahun 1955 ini, terdapat menara mesjid setinggi 80 meter. Menara ini pada mulanya merupakan cerobong asap pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pertama di Sawahlunto. Selain mesjid, terdapat berbagai bangunan bersejarah lainnya seperti rumah Asisten Residen, Rumah Controlleur Belanda, Rumah Dokter, Rumah Demang, Rumah Fak Sin Kek yang sekarang menjadi Souvenir dan Coffe Soup, Gedung Sekolah Santa Lucia, Gereja Kristen Katolik, Gedung Societeit dan lainnya. GEDUNG PUSAT KEBUDAYAAN  Gedung ini didirikan pada tahun 1910. Awalnya gedung ini bernama Gluck Auf, merupakan tempat berkumpul pejabat colonial untuk berdansa dan berpesta, lalu gedung ini bernama gedung Bola berfungsi sebagai arena billiard dan bowling. Selanjutnya gedung ini berfungsi sebagai tempat pertemuan para pejabat colonial. Sejak kemerdekaan, gedung ini digunakan oleh masyarakat untuk pertunjukan seni dan berubah nama menjadi gedung Pertemuan Masyarakat. Gedung ini sempat pula disewakan kepada Bank Dagang Negara. Mengingat nilai histories gedung ini maka pada tanggal 1 Desember 2006, gedung ini diresmikan sebagai Gedung Pusat Kebudayaan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Ir.Jero Wacik dan difungsikan sebagai gedung penampilan kesenian multietnis. MUSEUM KERETA API Seratus lima puluh meter dari Masjid Agung Nurul Islam, terdapat Museum Kereta Api yan diresmikan pada tanggal 17 Desember 2005 oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Bapak H.M.Yusuf Kalla. Museum ini didirikan di Stasiun Kereta Api Sawahlunto yang dibangun tahun 1918. Saat ini terdapat sejumlah koleksi indoor dan outdoor berupa peralatan dan gerbong-gerbong tua yang pernah dipergunakan. KERETA API WISATA Dari museum Kereta Api, kita dapat menikmati perjalanan nostalgia dengan lori wisata melewati perbukitan menuju Stasiun Muaro kalaban. Perjalanan ini akan melewati Lubang Kalam, terowongan dengan panjang 835 m yang merupakan situs terpenting dalam sejarah perkeretaapiaan Sawahlunto – Teluk Bayur. Di dalam terowongan terdapat 32 bilik berukuran 2x1 meter sebagai tempat perlindungan bagi pejalan kaki jika berada dalam terowongan. Terowongan ini dibuat oleh orang rantai (Orang hukuman yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Belanda) mulai 18 Oktober 1892 sampai 1 Januari 1894. MUSEUM GUDANG RANSUM Museum ini berada di Kelurahan Air Dingin yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari prosesi pertambangan di Sawahlunto. Bangunan yang didirikan tahun 1984 ini berfungsi memenuhi kebutuhan makanan seluruh pekerja dan buruh tambang (orang rantai)yang jumlahnya ribuan orang. Para pekerja tambang ini berasal dari perbagai daerah di pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan. Bangunannya terdiri dari Dapur Umum, Dapur, Gudang es, Gudang Makanan Mentah, Gudang Beras, Menara Asap dan Power Strom. Disini anda dapat melihat proses pembuatan dan membeli karya seni ukiran dari batubara sebagai cinderamata. BALAI DIKLAT TAMBANG BAWAH TANAH ( BD-TBT) Balai Diklat Tambang Bawah Tanah atau Ombilin Mines Training College (OMTC) merupakan wujud kerjasama antara Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia dengan JICA Jepang. Disini, dengan didampingi instruktur akan dapat dikenal lebih jauh isstem penambangan dan proses penambangan bawah tanah denan fasilitas simulasi tambang dalam, museum Geologi, laboratorium tambang, simulasi ledakan gas methan, analisa gas methan, sentral pemantau tambang dalam, alat analisa batubara, peralatan mesin-mesin dan listrik tambang bawah tanah, peralatan lingkungan, miniature pertambangan serta limbah tambang batubara. REPRESENTASI KAWASAN PERTAMBANGAN  Kawasan pertambangan Batu bara banyak terdapat di Sawahlunto, antara lain di Sawah Rasau dan Sawah Luwung. Diareal ini dapat disaksikan mulut tambang yang sudah tidak beroperasi serta lori yang pernah dipakai di tambang dalam. Di tambang terbuka ini dapat diketahui proses dan sistem penambangan permukaan bumi sekaligus dapat dikaitkan dengan ilmu geologi serta wawasan lingkungan hidup. Pada bekas tambang terbuka ini banyak terjadi danau bekas tambang. Pemerintah kota Sawahlunto mengembangkan kawasan in sebagai kawasan wisata dengan pengembangan area pacuan kuda, area road race/motocross, dan camping ground. WATER BOOM MUARO KALABAN Objek wisata waterboom Pool and Garden Muaro Kalaban yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera merupakan waterboom pertama di Sumatera Barat. Objek wisata ini diresmikan pada tanggal 1 Desember 2006 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Ir.Jero Wacik. Fasilitas yang ada antara lain kolam orang dewasa dan remaja dengan waterslide/seluncuran, kolam balita, pujasera/café, fasilitas kamar bilas, toilet, gazebo, dan dalam waktu - Bertenaga by KerSip Open Source Dibuat: 8 October, 2008, 13:37 dekat akan dikembangkan arena flying fox. TAMAN SATWA KANDI  Saat ini, taman satwa Kandi yang berada di areal seluas 5 ha dekat danau Tandikek ini mempunyai koleksi berbagai binatang, seperti : Gajah tunggangan, unta, monyet, kangguru, ular, kelinci, rusa jawa, burung hantu, bido, kura-kura, musang, merpati dan angsa. Untuk pengembangan Taman Satwa Kandi ini setiap tahun jenis koleksi satwa akan ditambah juga akan terus dilakukan perbaikan sarana seperti gazebo, jalan setapak taman dan lampu taman, serta penataan kawasan danau tandikek. MAKAM PROF.MR.H.MUHAMMAD YAMIN Prof.MR.H Muhammad Yamin merupakan salah seorang putra terbaik bangsa Indonesia yang dilahirkan dan dimakamkan di Talawi kota Sawahlunto. Diantara jasa-jasanya beliau merupakan konseptor Pancasila dan pencetus lambing Gajah Mada. Beliau pernah menjadi Rektor Universitas PBB. Sebagai seorang sastrawan beliau pernah mengarang buku Ken Arok dan Kendedes (1946), Gajah Mada (1948), Diponegoro (1945), Tan malaka (1948), Suta Dharma (1955) dll. Atas jasa-jasa beliau sebagai pejuang di bidang politik, pemerintahan, keamanan, pendidikan, sastra dan bahasa, maka pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional disamping beberapa bintang jasa dari Presiden Republik Indonesia.  Objek wisata ziarah ini dilengkapi perpustakaan. Disini kita dapat menggali sejarah bangsa dengan meneladani beliau sebagai sosok anak bangsa Indonesia yang turut mengukir sejarah Indonesia. WISATA HANDYCRAFT/KERAJINAN TANGAN  Keberadaan buruh tambang yang berasal dari berbagai daerah dan etnis membuat berbagai industri kerajinan tumbuh dan berkembang. Beberapa produk kerajinan khas Sawahlunto yaitu, kerajinan sapu lidi dan sapu ijuk di Silungkang, anyaman dan tembikar di Talawi dan yang paling terkenal adalah Tenun Silungkang. TENUN SILUNGKANG  Tenun Songket tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Minangkabau. Silungkang yang berada dikawasan Sawahlunto merupakan daerah penghasil songket yang terkenal dari dahulu kala. Kepandaian membuat songket diwariskan turun temurun. Saat ini, tidak hanya songket tradisi, tenun Silungkang berkembang mengikuti kebutuhan dengan beragam bahan motif, corak dan warna serta dapat pula digunakan sehari-hari untuk bahan pakaian dan sarung. Di Silungkang kita dapat menyaksikan tahap-tahap dalam menenun, memilih dan membeli berbagai tenun berkualitas. WISATA KULINER Di Sawahlunto kita dapat menemukan keragaman makanan dari berbagai daerah karena seni kuliner yang tetap dipertahankan oleh masing-masing etnis. Dendeng batokok adalah salah satu makanan spesifik daerah ini. Dendeng batokok terbuat dari potongan daging sapi yang dipanggang dan ditipiskan dengan cara dipukul-pukul, kemudian disajikan bersama minyak tanak dan dimakan bersama nasi hangat, sambal pedas dan sayuran segar. WISATA BUDAYA  Banyaknya pekerja tambang dari berbagai etnis yang datang ke Sawahlunto membuat kota ini kaya akan keragaman warisan seni dan budaya. Keragaman warna seni dan budaya ini tetap dipertahankan masyarakat Sawahlunto sampai sekarang. Jika anda berkunjung ke Sawahlunto anda dapat menyaksikan pertunjukan kuda kepang, reog, wayang kulit, tari tor-tor, campur sari dan barongsai. Seni tradisi Minangkabau pun menonjol disini adanya tabuik, randai, selawat dulang, dan tari-tarian lainnya. Bahkan beberapa tarian di Sawahlunto merupakan akulturasi budaya multietnis. Tari tanun dan Tari Tambang merupakan 2 tarian khas Sawahlunto. Tari tenun menggambarkan kegiatan wanita minang dalam proses menenun. Tari tambang menggambarkan proses penambangan batubara di masa lampau. Makan bajamba, merupakan even tahunan yang digelar untuk memeriahkan Ulang Tahun Kota Sawahlunto setiap tanggal 1 Desember. Makan bersama secara adapt ini diikuti oleh seluruh penduduk kota Sawahlunto dari berbagai etnis. Dalam kegiatan tersebut berbagai rombongan datang berbusana adat minang  - Bertenaga by KerSip Open Source Dibuat: 8 October, 2008, 13:37 Strategi Kebijakan di Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang. Tujuan - Terwujudnya keseimbangan antara pengelolaan dan kemampuan daya dukung dari sumber daya alam sehingga dapat emberikan kemakmuran bagi seluruh rakyat dari generasi kegenerasi. robogan.go.id ttp://grobogan.go.id Menggunakan Joomla! Generated: 8 October, 2008, 13:23 - Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan guna mencapai kesejahteraan bagi eluruh rakyat dari generasi kegenerasi. - Mewujudkan pembangunan yang harmonis, dinamis, serasi, seimbang dan berwawasan lingkungan. - Terwujudnya pedoman kebijakan tata ruang dan wilayah sesuai dengan pemanfaatan dan peruntukannya. 2. Sasaran - Terlaksannya inventarisasi dan evaluasi potensi sumber daya alam. - Pengembangan sistem informasi lingkungan. - Pemantapkan kelembagaan. - Peningkatan partisipasi masyarakat - Pelaksanaan usaha konservasi, pengendalian dan rehabilitasi SDA. - Penataan, peningkatan mutu dan produktivitas SDA - Pengembangan pemanfaatan SDA dan pelestarian SDA abiotik - Penataan dan penegakan hukum lingkungan - Pengembangan teknologi pengelolaan lingkungan. - Terciptanya kebijakan tata ruang dan wilayah yang dinamis sesuai dengan perkembangan dinamika pembangunan. - Terwujudnya pembangunan yang sesuai dengan peruntukan lahannya. - Terciptanya keserasian dan keseimbangan pembangunan sesuai dengan tata ruang dan wawasan lingkungan. 3. Kebijakan - Pengoptimalan, peningkatan dan persyaratan penilaian analisa mengenai dampak lingkungan bagi semua kegiatan ang berpotensi menghasilkan dampak negatif pada masyarakat luas. - Peningkatan pengendalian serta, pengawasan pengelolaan lingkungan alam, tanah dan air. - Mempersiapkan dan mengoptimalkan penataan dan penegakan hukum pada upaya pengendalian ekosistem yang Simbang. - Peningkatan serta pembudayaan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. - Pengembangan sistem informasi lingkungan dengan prioritas pada penyediaan data informasi lingkungan berbasis omputer. - Melibatkan seluruh potensi dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan pengembangankawasan lingkungan. - Meningkatkan kebersihan dan keindahan kota dengan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasaranakebersihan. - meningkatkan program prokasih. - Kebijaksanaan pengembangan dan pembangunan struktur tata ruang. - Kebijaksanaan sarana dan prasarana perkotaan. - Kebijaksanaan dan strategi pengembangan transportasi. - Kebijaksanaan dan strategi pengaturan bangunan. - Pembangunan kota perlu dijaga kelangsungan daya dukung lingkungan. - Pembangunan dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan lahan secara optimal dan seimbang dengan mengusahakan keserasian antara wilayah pembangunan. - Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW) terutama yang berkaitan dengan bergesernya status penggunaantanah di kawasan-kawasan strategis guna mendukung otonomi daerah. Paradigma Pendidikan Lingkungan Hidup  Menyongsong lembar baru abad keduapuluh satu, hingar bingar pembangunan masih berhias warna kontras koyaknya kelestarian lingkungan hidup. Masyarakat negara-negara maju telah menempatkan isu lingkungan hidup sebagai agenda pemikirannya, tetapi di republik ini permasalahan lingkungan baru dibicarakan secara teoritis dan diperhatikan sebatas renda penghias kemasan pembangunan fisik materiil yang secara realita terlihat nyaris tak lebih dari sekedar formalitas. Industrialisasi, eksploitasi sumber alam, dan beragam rupa kegiatan "berbaju" pembangunan dengan mengatasnamakan kebijaksanaan pemerintah "demi kesejahteraan rakyat" berjalan kencang dengan menafikan dampak yang akan timbul di waktu mendatang terhadap lingkungan hayati maupun non hayati. Sebenarnya masyarakat (baca : rakyat rentan) memiliki hak terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Dalam UU no.4 th. 1982 pasal 6 mengenai Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup tertulis "Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup." Yang secara lengkap dijabarkan dalam penjelasan sebagai berikut : "Hak dan kewajiban setiap orang sebagai anggota masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan pengelolaan lingkungan hidup mencakup baik tahap perencanaan maupun tahap-tahap pelaksanaan dan penilaian ...".   Tetapi untuk mempergunakan hak dan kewajiban tersebut tampaknya masyarakat masih terbentur pada rendahnya pemahaman dan kesadaran mengenai arti penting lingkungan hidup. Sementara itu political will (kemauan politik) pemerintah terhadap transformasi wawasan dan akses masyarakat atas informasi masih kurang. Dalam hal ini jalur pendidikan dianggap sebagai media yang bisa membawa masyarakat pada pemahaman dan kesadaran moral, sehingga pola pikir dan pola gerak dalam pembangunan selalu dilandasi wawasan lingkungan hidup. Pendidikan di sini mencakup pendidikan formal dengan arti terstruktur dalam kurikulum yang dibuat oleh pemerintah dan dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan dasar sampai tinggi; serta pendidikan non formal dalam arti pendidikan di luar jalur-jalur formal tersebut. Khususnya untuk pendidikan formal, saat ini pendidikan lingkungan sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh pemerhati lingkungan Indonesia yang tergabung dalam bermacam lembaga bentukan pemerintah maupun non pemerintah. Kesadaran Masih Rendah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Di sini meliputi transfer of knowledge (mengalihkan suatu pengetahuan), attitude (sikap) dalam suatu proses dan cara mendidik. "Pendidikan merupakan transfer ilmu dan teknologi pada generasi mendatang agar kemampuan seseorang sebagai sumber daya manusia akan lebih berkembang di bidang pengetahuan, sehingga lebih produktif," tutur Prof. DR Ir Soedarmanto, Ketua Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Unibraw saat ditemui BRAVO di ruang kerjanya. Dunia pendidikan formal di Indonesia dewasa ini telah mencapai kemajuan yang cukup berarti bila dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Pendidikan dasar telah menjangkau daerah-daerah pelosok, sementara untuk pendidikan tinggi banyak ditemui di kota-kota besar maupun menengah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan formal telah menjadi kebutuhan utama dalam mempersiapkan jalannya pembangunan, membekali sumber daya manusia dengan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan. Aspek lingkungan hidup seharusnya disadari sebagai suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan. Fenomena yang umum terjadi, masyarakat ternyata belum mampu menjiwai wawasan lingkungan dalam perilakunya, disini termasuk pula golongan berpendidikan. "Kita lihat bagaimana orang-orang masih membuang sampah di selokan, atau di sungai, dosen merokok di ruang kelas, dan masih banyak lagi contoh kecil sehari-hari yang mencerminkan kurangnya wawasan lingkungan hidup di masyarakat," ujar Prof. Ir. Radyastuti Winarno, Ketua PPLH IKIP Malang.  "Kalau berbicara masalah kesadaran lingkungan sering kita terjebak berbicara masalah-masalah lingkungan yang terlalu tinggi, seperti penyelamatan hutan, tetapi sebenarnya yang lebih utama kesadaran itu dibangun mulai dari hal-hal kecil yang sederhana," lanjut dosen yang sehari-harinya mengajar di fakultas MIPA jurusan Biologi IKIP Malang. Syafruddin Ngulma Simeulue, seorang aktivis pemerhati lingkungan dan kini menjabat ketua LSM Peduli Indonesia, mengungkapkan keprihatinannya, "Kesadaran masyarakat secara umum belum banyak berubah dari 4-5 tahun yang lalu, masalah sosialisasi kepedulian lingkungan hidup belum sampai ke masyarakat, hanya berputar di kelompok-kelompok kecil pemerhati lingkungan." Sementara itu, Soedarmanto menyoroti golongan berpendidikan juga belum banyak memahami wawasan lingkungan, kesadaran lingkungan bergantung dari person itu sendiri, tergantung ke-interest-annya terhadap lingkungan. "Sebenarnya masalah lingkungan sudah dimasukkan pada bidang-bidang mata kuliah di masing-masing fakultas, secara khusus memang sudah ada beberapa mata kuliah yang berbicara mengenai lingkungan. Tetapi kenyataannya semua itu belum mengcover permasalahan lingkungan dari segi pendidikan," lanjut dosen Fakultas Pertanian Unibraw ini. Sebatas Muatan Saat ini dalam pendidikan formal yang ada di Indonesia, khususnya pada pendidikan dasar dan menengah, bidang-bidang ilmu yang diajarkan belum banyak mengakomodir wawasan lingkungan. Wawasan lingkungan hanya sebatas sisipan-sisipan di pelajaran. Menurut Radyastuti Winarno, "Semenjak tahun 1982 sebenarnya masalah lingkungan sudah dimasukkan dalam kurikulum, tahun 1992 hal ini dievaluasi, tetapi ternyata hasilnya masih jauh dari memuaskan."   ementara DR. Dra. Yulinah Trihadiningrum M.App.Sc., dosen Teknik Lingkungan ITS, menjelaskan, "Kebanyakan wawasan lingkungan disisipkan pada bidang-bidang yang berkaitan dengan biologi. Memang semenjak pendidikan dasar sudah ada, tetapi hanya sebatas pengenalan, misalnya pengenalan species." Mengenai keterkaitan species terhadap keseimbangan lingkungan, apa pengaruhnya jika species itu punah, atau apa penyebab turunnya populasi species tertentu, itu yang belum banyak dikuasai oleh pengajar, lanjut dosen yang mengenyam pendidikan sampai strata S-3 dalam bidang lingkungan ini. Syafruddin Ngulma, yang juga giat mengkampanyekan lingkungan hidup lewat media agama, melihat pendidikan lingkungan di Indonesia sangat berbeda dengan di luar negeri, khususnya perihal metode yang digunakan. "Di Malaysia pendidikan lingkungan ditekankan pada praktek lapangan, siswa diajak ke hutan, diberi wawasan dan berdiskusi. Di Thailand juga begitu. Kalau di Indonesia tampaknya belum mampu seperti itu, mungkin karena terbentur dana," ungkap lulusan Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh ini menuturkan pengalamannya dalam perjalanan studi banding ke luar negeri. "Di Belgia, untuk pelajaran biologi SD contohnya, ditekankan pada pengamatan ekosistem dengan segala keterkaitan antar penghuni ekosistem tersebut, misalnya pada ekosistem kolam. Bagusnya, orang tua murid dilibatkan pula dalam membimbing anak-anaknya," ucap Yulinah Trihadiningrum.     Menanggapi hal ini, DR. Frans Mataheru, Direktur PPS IKIP Malang yang banyak bergelut di bidang teknologi pendidikan, mengungkapkan, "Dengan kondisi seperti ini, untuk Indonesia, para tenaga pendidik harus pandai-pandai mengkaitkan unsur lingkungan hidup dalam bidang yang diajarnya." Sementara itu untuk dunia pendidikan tinggi di Indonesia, saat ini masalah lingkungan sudah mendapatkan porsi khusus, walaupun masih minim. Seperti diungkapkan Radyastuti Winarno, "Di perguruan tinggi masalah lingkungan dimasukkan pada mata kuliah Ekologi, Hukum Lingkungan, ataupun AMDAL, untuk bidang lainnya hanya sebagai muatan. Tetapi ternyata sesuai evaluasi, hasilnya belum terlihat juga." "Untuk bidang ilmu teknik memang ada mata kuliah khusus, misalnya AMDAL, itu sudah diterapkan hampir di semua jurusan, dan biasanya pada semester 6 atau 7, tapi kalau hanya 2 SKS apalah artinya ?" tandas Yulinah Trihadiningrum. Dosen yang mengambil gelar S-3 masalah kualitas air dalam hal aplikasi bioindikator di Belgia ini, menganggap perihal pendidikan lingkungan hidup paling tepat apabila diajarkan semenjak dini, mulai pendidikan dasar dengan adanya kesinambungan materi yang terstruktur, "Seperti P-4, yang diajarkan berkesinambungan. Agar peserta didik dapat mengerti, menghayati dan mengamalkannya sesuai dengan bidang keilmuan yang nantinya didapatkan di perguruan tinggi." Soedarmanto melihat kemungkinan bahwa dalam pendidikan di Indonesia, masalah ekonomi, khususnya kemiskinan, dianggap hal yang paling urgen, sehingga permasalahan lingkungan masih sedikit diremehkan, padahal masalah lingkungan secara global tidak bisa terlepas dari permasalahan ekonomi, demikian pula sebaliknya. Pendidikan Alternatif Untuk menambalsulam celah-celah kekurangan pendidikan formal, banyak pihak pemerhati ataupun yang terkait langsung dengan penanganan lingkungan mengupayakan suatu pendidikan lingkungan alternatif. Sebagai contoh di kelompok-kelompok pencinta alam, ajang rekruitmen anggota (pendidikan dan latihan dasar) dapat dikatakan menjadi salah satu bentuk pendidikan lingkungan. Di kegiatan tersebut materi lingkungan hidup mendapatkan porsi khusus, dan lebih diperdalam lagi pada masa pemberian materi lanjutan pasca pendidikan dan latihan dasar. "Tetapi biasanya perihal lingkungan hidup masih kurang mendapat perhatian bila dibanding bidang olah raga alam bebas," papar Ichda Mariyana, aktivis Pencinta Lingkungan Hidup (PLH) Siklus ITS yang menjabat sebagai Divisi Litbang, mengutarakan sisi lemah kebanyakan pendidikan dan latihan dasar pencinta alam. Instansi pemerintah yang terkait dengan bidang lingkungan hidup, seperti Departemen Kehutanan juga mempunyai model-model pendidikan lingkungan, seperti Pendidikan Kader Konservasi Sumber Daya Alam. Tetapi sayangnya kegiatan yang sangat baik ini dirasa belum cukup intensif, serta kurang berkesinambungan. Bahkan untuk beberapa tahun belakangan ini nyaris tak terdengar lagi. Menanggapi hal tersebut Menteri Kehutanan RI, Ir.Djamaloedin Soeryo Hadikoesoemo, saat ditemui BRAVO pada acara Temu Alumni di SMUN 3 Malang, menyatakan keheranannya "Lho ...iya tho ? Kalau begitu perlu untuk dihidupkan kembali, karena ini penting sekali, menyangkut masalah sumber daya pembangunan yang sadar akan arti penting lingkungan." Ketika diminta tanggapannya lebih lanjut Menhut menyatakan dengan nada antusias "Masalah ini perlu dibicarakan pada pihak-pihak yang terkait, untuk dapat membahasnya secara lebih baik. Kirim saja surat atau proposal pada saya." Model pendidikan lingkungan alternatif yang lain bisa dijumpai di PPLH Trawas. Achmad Arief, personal pada bagian Program di PPLH Trawas, menjelaskan bentuk pendidikan di Trawas kebanyakan menggunakan pola diskusi, baik berupa diskusi rutin mingguan maupun lokakarya (baca box : PPLH Trawas), "Sasaran PPLH Trawas adalah segala macam kalangan, seperti guru, mahasiswa, pelajar, seniman, penduduk desa, dan dari yang muda sampai yang tua," tuturnya. Lain lagi dengan Syafruddin Ngulma, yang menganggap jalur agama sebagai media yang lebih mengena dalam pendidikan lingkungan alternatif. Ayah tiga anak ini memang aktif memasukkan muatan lingkungan hidup lewat pendidikan agama di pondok-pondok pesantren. Ia melihat bahwa masyarakat Indonesia masih menganut budaya paternalistik, dengan pemuka agama sebagai panutan masyarakat. "Jadi tinggal bagaimana membekali pemuka agama dengan wawasan lingkungan," paparnya saat ditemui Bravo pada suatu acara pertemuan LSM. Media massa juga bisa dikatakan berperanan besar dalam mendidik masyarakat. Dengan semakin banyaknya liputan persoalan lingkungan hidup baik oleh media cetak maupun elektronik, secara langsung atau tidak langsung merupakan upaya memberi informasi dan menggugah kesadaran masyarakat mengenai wawasan lingkungan hidup. Tampaknya upaya penyelenggaraan pendidikan lingkungan hidup non formal bisa menjadi suatu harapan mengisi kekurangoptimalan pendidikan formal, yang dapat dikatakan masih kurang berhasil memberi landasan wawasan lingkungan hidup pada masyarakat. Perlu Pembaharuan Bila melihat tujuan pendidikan lingkungan di Indonesia, dalam lokakarya mengenai pendidikan lingkungan hidup di Jakarta, Sarwono Kusumaatmaja, Menteri Negara Lingkungan Hidup RI, mengungkapkan manusia Indonesia diharapkan mempunyai pengetahuan mengenai lingkungan, selanjutnya muncul kemampuan untuk berbuat baik bagi lingkungan. Urgensi saat ini adalah menciptakan pola sinergis yang lebih besar, sehingga pendidikan lingkungan tidak berkesan sporadis dan masyarakat merasakan ada satu arus yang menuju pada satu tujuan, demikian penjelasan Sarwono (Kompas/26/11/1996).   "Pendidikan lingkungan harusnya lebih ditekankan pada kemampun masyarakat dalam mengontrol pengambilan keputusan tentang alokasi sumber daya alam, dan peningkatan kesadaran masyarakat akan haknya atas informasi," ujar Andik Hardiyanto, SH, Kepala Divisi Lingkungan Hidup Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya, yang sering menyoroti persoalan lingkungan dari sisi ideologi pemerintah yang mengeksploitasi sumber daya alam melebihi ketersediaan kemampuan alam untuk memperbaharui. Sedangkan Frans Mataheru menegaskan "Harus ada suatu program pemerintah untuk mengkoreksi dan memperbaiki keadaan sekarang. Semacam sadar lingkungan. Kemudian program tersebut dijabarkan lebih lanjut, lalu oleh Depdikbud operasionalnya dimasukkan dalam kurikulum."  Radyastuti Winarno dalam makalah mengenai metode pengajaran pendidikan lingkungan yang disampaikannya di lokakarya "Peningkatan Kesadaran Tentang Pelestarian Lingkungan : Khususnya Perairan Sungai Brantas", membahas tentang tujuan dalam ranah afektif, kognitif dan ketrampilan pada program pendidikan lingkungan adalah masyarakat harus dapat mengembangkan kesadaran, pengetahuan, sikap, kecakapan dan peranserta dalam mengatasi persoalan lingkungan. Interaksi yang kompleks di antara setiap komponen lingkungan, hubungan timbal balik antara organisma dan lingkungannya merupakan point dasar dalam menumbuhkan wawasan lingkungan, ini tercakup pada bidang ekologi. Lingkup ekologi misalnya dapat berupa studi tentang perairan, hutan, kota, dsb.   Sesuai urgensinya, titik berat pendidikan lingkungan adalah pada penyebab kemerosotan kualitas lingkungan, berikut gejala-gejalanya. Dari situ lantas pendidikan lingkungan diorientasikan pada disiplin ilmu peserta didik. Karena di luar bidang ekologi persoalan lingkungan hidup memiliki keterkaitan yang kompleks dalam bahasan ekonomi, sejarah, teknik, politik, sosiologi, psikologi, budaya, etika maupun estetika. Demikian dijelaskan Radyastuti Winarno dalam makalahnya. Menurut ibu dua anak ini, peran pengajar juga harus lebih mendalam, dengan berpartisipasi aktif bersama anak didik pada pemecahan masalah lingkungan, tidak sekedar sebagai pemberi informasi dalam kelas.   Sedangkan Erika Stutz Dipl.Chem. HTL, adviser environment pada Vocational Educational Development Center (Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi, disingkat : VEDC) Malang, sebuah usaha kerja sama pemerintah RI dan Swiss, melihat bahwa dalam upaya mengefektifkan pendidikan lingkungan diperlukan penambahan sarana-sarana visual ataupun peraga untuk mempermudah penangkapan materi.     VEDC sendiri merupakan program pendidikan yang memberikan bekal kepada tenaga pengajar sekolah kejuruan teknik. Lingkungan hidup juga menjadi salah satu penekanan dalam program joint venture yang akan berkahir tahun 1997 ini. "Untuk program lingkungan, sementara ini kami sudah menghasilkan beberapa buku pegangan guru dan poster-poster yang dikemas dalam bahasa sederhana disertai gambar-gambar yang menarik," tutur lulusan Politeknik Swiss di bidang Teknik Kimia ini dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar.   Metode diskusi dan permainan (semacam simulasi) juga menjadi tawaran alternatif, seperti diungkapkan oleh DR.Ir.Soehardjono MPd. Dipl. HE, dosen Fakultas Teknik Unibraw yang biasa membawakan mata kuliah tentang AMDAL di jurusan Pengairan, "Ini dimaksud agar persoalan lingkungan hidup bisa lebih cepat dimengerti," lanjutnya. Moralitas Pembangunan Dari realitas di atas, seyogyanya perlu ditanamkan bahwa sudah selayaknya pendidikan lingkungan hidup dapat diselenggarakan lebih terstruktur dengan ditunjang oleh penyempurnaan metodologi. Baik melalui prakarsa pemerintah, dal hal ini Depdikbud, untuk kemudian dimasukkan dalam pendidikan formal, ataupun oleh prakarsa kelompok-kelompok yang peduli dan berkecimpung langsung dengan alam dan lingkungan sebagai bentuk pendidikan informal. Sinergi kedua jalur pendidikan tersebut akan mengantarkan unsur-unsur sumber daya pembangunan pada muara "pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup", sehingga jargon tersebut tak lagi terdengar sebagai kalimat pemanis dan penghibur keresahan bumi yang makin hari kian lelah oleh eksploitasi manusia yang hanya ingin mengeruk sebuah kenikmatan sesaat. Bila masih menginginkan anak cucu kita dapat menikmati indahnya dunia, maka tanggung jawab moral atas kegiatan pembangunan di bumi nusantara yang semakin rentan ini ada pada diri kita masing-masing, dengan adanya itikad baik untuk saling memberi kontrol dan dukungan terhadap upaya pemerintah dalam membangun negeri yang konon gemah ripah loh jinawi ini. Kelihatannya mudah untuk diucapkan, tetapi bagaimana melaksanakannya ...? Itu yang harus kita jawab ...!!

Sumber Daya Manusia

POKOK-POKOK STRATEGI PENGEMBANGAN MASYARAKAT PANTAI  Dalam Mendorong Kemandirian Daerah  Pada tahun 1965, Harbinson dan Myers dalam bukunya Manpower and Education : Country Studies in Economic Development menyatakan bahwa In the final analysis, the wealth of a country is based upon its power to develop and to effectively utilize the innate capacities of its people. Merujuk dari asumsi tersebut dalam rangka mengantisipasi penyelenggaraan Otonomi Daerah yang mandiri dan bertanggung jawab, maka diperlukan masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mendayagunakan secara efektif kekayaan alam bagi kemakmuran rakyat. Dalam kaitan ini, pengembangan masyarakat pantai merupakan bagian integral dari pengelolaan sumber pesisir dan laut bagi kemakmuran masyarakatnya, sehingga perlu digunakan suatu pendekatan dimana masyarakat sebagai obyek sekaligus sebagai subyek pembangunan.  Sementara, ketertinggalan dalam strategi pengembangan masyarakat pantai, tidak hanya dilihat sebagai masalah sosial dan budaya sehingga perlu perubahan ekstrem dalam sistem sosial atau nilai-nilai budaya, melainkan lebih sebagai masalah integral. Oleh karena itu, penyelesaiannya perlu dilakukan melalui strategi yang komprehensif dengan menempatkan sistem sosial-ekonomi dan nilai budaya yang sudah melekat didalam masyarakat sebagai faktor pendorong perubahan. Selain itu, peningkatan produktivitas masyarakat pantai lebih menjadi sasaran dalam proses pembangunan guna memajukan kesejahteraan serta menyongsong kemandirian daerah secara berkelanjutan. Perkembangan ini pada muaranya akan meningkatkan harkat sumber daya manusia, kualitas dan sistem atau pranata sosial masyarakat.  Tidak ada kata terlambat bagi pe-merintah Indonesia dalam merencanakan sekaligus mengimplementasikan kebijakan publik yang terkait dengan masalah pesisir dan kelautan. Meskipun baru dimulai, adanya perubahan arah pembangunan ke sektor kelautan, merupakan angin segar bagi masyarakat pantai yang selama ini kurang tersentuh dan seakan di-anaktiri-kan dibandingkan wilayah ataupun sektor lainnya. Meskipun diakui, masuknya revolusi biru selama ini telah mengakibatkan banyak perubahan positif bagi kehidupan nelayan. Meningkatnya jumlah tangkapan ikan, membaiknya sistem bagi hasil dibanding sebelumnya dan telah meningkatkan pendapatan nelayan serta perubahan-perubahan dalam hubungan kerja antara ponggawa dan sawi. Namun kondisi masyarakat pantai pada umumnya masih jauh tertinggal, baik dari tingkat pendapatan maupun dari tingkat pendidikan. Kondisi ini sangat menyulitkan dalam proses transformasi struktural masyarakat pantai (nelayan) kearah kondisi yang lebih baik.  Pengembangan Masyarakat Pantai.  Strategi pengembangan masyarakat pantai dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non struktural. Pendekatan struktural adalah pendekatan makro yang menekankan pada penataan sistem dan struktur sosial politik. Pendekatan ini mengutamakan peranan instansi yang berwewenang atau organisasi yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir laut. Dalam hal ini peranan masyarakat sangat penting tetapi akan kurang kuat karena aspek struktural biasanya lebih efektif bila dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kewenangan, paling tidak pada tahap awal.  Dilain pihak pendekatan non struktural adalah pendekatan yang subyektif. Pendekatan ini mengutamakan pemberdayaan masyarakat secara mental dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan dan persoalan pesisir laut. Kedua pendekatan tersebut harus saling melengkapi dan dilaksanakan secara integratif. 1. Pendekatan struktural.  Sasaran utama pendekatan struktural adalah tertatanya struktur dan sistem hubungan antara semua komponen dan sistem kehidupan, baik di wilayah pesisir dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan penataan aspek struktural, diharapkan masyarakat mendapatkan kesempatan lebih luas untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu penataan struktur dan sistem hubungan sosial dan ekonomi tersebut diharapkan dapat menciptakan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber daya alam dari ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang utama yang selama ini secara terus menerus menempatkan masyarakat (lokal) pada posisi yang sulit. Pendekatan struktural membutuhkan langkah-langkah strategi sebagai berikut :  a. Pengembangan Aksesibilitas Masyarakat pada Sumber Daya Alam.  Aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya alam adalah salah satu isu penting dalam rangka membangun perekonomian masyarakat. Langkah tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat untuk dapat menikmati peluang pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan (sustainable). Kesempatan tersebut selain dapat meningkatkan dan memelihara perekonomian masyarakat, juga diharapkan dapat mendorong masyarakat supaya lebih aktif untuk melindungi lingkungan, baik dengan cara pemanfaatan yang ramah lingkungan maupun upaya secara aktif untuk menjaga dari kerusakan lingkungan.  Selain itu, aksesibilitas masyarakat terhadap potensi perairan pesisir dan laut untuk transportasi dan parawisata perlu ditingkatkan. Tujuan untuk kegiatan dan membuka lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat setempat. Pengembangan sektor seperti kegiatan parawisata dapat mendorong kegiatan masyarakat untuk ikut serta melindungi lingkungan terutama apabila pelaksanaannya dilakukan dengan tepat. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya alam sangat diperlukan, karena sebagian besar masyarakat pantai telah dan masih akan bergantung pada sumber daya alam.  b. Pengembangan aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya ekonomi.  Pengembangan aksesibilitas masyarakat pantai terhadap sumber daya ekonomi dimaksudkan untuk meningkatkan diversifikasi sumber penghasilan masyarakat dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Langkah ini mencakup perluasan pilihan sumber daya ekonomi, seperti perluasan usaha dan perkreditan. Peluang usaha selain sektor perikanan yang perlu dibuka lebih luas adalah dibidang pertanian, kerajinan, peternakan dan jasa angkutan. Hal ini penting dalam rangka membuka kesempatan masyarakat untuk tidak hanya bergantung secara langsung pada sumber daya alam, tetapi juga sekaligus mengurangi beban alam. Guna mendukung langkah tersebut, maka perlu dikembangkan aksesibilitas masyarakat terhadap perkreditan.  Sistem perkreditan yang mampu memberikan pelayanan dan dorongan bagi masyarakat, sangat diperlukan. Perkreditan tersebut perlu lebih diarahkan kepada upaya pengembangan usaha yang tidak terlalu mengandalkan sumber daya alam utama di wilayah pesisir dan laut, yaitu mangrove. Karena itu, perlu dikembangkan suatu sistem perkreditan yang mampu mendorong tumbuhnya sektor usaha alternatif.  c. Pengembangan aksesibilitas masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan.  Keberhasilan pengembangan masyarakat sebagai bagian dari pengelolaan pesisir dan laut sangat tergantung pada ketepatan kebijakan yang diambil. Kebijakan yang dikembangkan dengan melibatkan dan memperhatikan kepentingan masyarakat dan menjamin keberhasilan pengelolaan sumber daya alam dan wilayah. Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan karena akan menghasilkan kebijakan yang disesuaikan dengan potensi, aspirasi dan kepentingan masyarakat. Kebijakan yang berbasis pada potensi masyarakat akan mendorong keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam. Selain itu juga memberikan keuntungan ganda : pertama, dengan mengakomodasi aspirasi masyarakat maka pengelolaan pesisir dan laut akan menarik masyarakat sehingga akan mempermudah proses penataan. Kedua, memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut bertanggung jawab atas keamanan pesisir dan laut. Selain itu yang lebih penting lagi adalah adanya upaya untuk meningkatkan kepentingan hakiki masyarakat yaitu kesejahteraan.  Pelibatan masyarakat dalam pengambilan kebijakan, dapat dilakukan dengan pendekatan yang menggabungkan bottom up dan top down planning. Pada tingkat perencanaan masyarakat harus dilibatkan dalam penyusunan tata ruang untuk menyerap informasi dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut akan memberikan manfaat bagi proses pengembangan zona yang akan dijadikan sebagai pola dasar penyusunan rencana pengelolaannya. Informasi dan aspirasi masyarakat tersebut juga akan bermanfaat untuk menggali potensi masyarakat terutama dalam rangka mengembangkan sistem perlindungan kawasan yang berbasis pada masyarakat. Dilain pihak, top down planning diperlukan untuk memberikan peluang bagi pemerintah untuk merancang pola pengelolaan wilayah bagi kepentingan yang lebih luas.  d. Peningkatan aksebilitas masyarakat terhadap informasi.  Informasi merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan masyarakat pantai sebagai bagian dari pengelolaan pesisir dan laut. Kesediaan informasi mengenai potensi dan perkembangan kondisi wilayah dan sumber daya alamnya sangat berharga untuk penyusunan kebijakan, program dan kegiatan di wilayah tersebut. Kesediaan informasi ini juga penting bagi masyarakat untuk dijadikan bahan pertimbangan pengembangan kegiatan dan perannya dalam rangka meningkatkan perekonomian mereka. Hal tersebut juga bermanfaat untuk mengefektifkan upaya masyarakat dalam melindungi sumber daya alam serta wilayah pesisir dan laut. Mengingat sebagian besar penduduk di wilayah ini tergantung secara ekonomis pada sumber daya alam, maka informasi yang berkaitan dengannya sangat diperlukan bagi masyarakat.  Guna meningkatkan aksesibilitas informasi dari masyarakat, dapat dilakukan dengan pembentukan forum komunikasi yang melibatkan masyarakat, unsur-unsur pemerintah dan pihak terkait serta stakeholders.  e. Pengembangan kapasitas kelembagaan.  Untuk meningkatkan peran masyarakat dalam perlindungan wilayah dan sumber daya alam, diperlukan kelembagaan sosial, untuk mendorong peranan masyarakat secara kolektif. Semangat kolektif akan mendorong upaya pemberdayaan masyarakat untuk melindungi wilayahnya dari kerusakan yang dapat mengancam perekonomian. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan lembaga sosial diharapkan untuk memperkuat posisi masyarakat dalam menjalankan fungsi manajemen wilayah pesisir dan laut. Selain itu, pengembangan kelembagaan sosial diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kegiatan masyarakat untuk selanjutnya akan berdampak pada jalannya kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.  Pengembangan kelembagaan dapat dilakukan dengan pembentukan embrio lembaga-lembaga sosial dalam bidang yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Apabila lembaga serupa telah ada sebelumnya, maka lembaga-lembaga tersebut perlu diberdayakan. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pengembangan jaringan sosial antara lembaga-lembaga serupa baik dalam lingkungan desa, antar desa, maupun antar kecamatan. Selain itu, pemberian peranan yang lebih kepada lembaga-lembaga tersebut dalam proyek-proyek pembangunan akan makin memperkuat kapasitas lembaga-lembaga yang bersangkutan.  f. Pengembangan sistem pengawasan berbasis masyarakat.  Keberadaan sistem pengawasan yang efektif merupakan syarat utama keberhasilan pengembangan masyarakat sebagai bagian dari pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Sistem pengawasan tersebut harus mampu menjalankan fungsinya dengan cara memobilisasi semua unsur terkait. Salah satu pendekatan yang efektif adalah pengembangan sistem pengawasan berbasis pada masyarakat. Sistem pengawasan yang berbasis pada masyarakat adalah suatu sistem yang dilandasi oleh kepentingan, potensi dan peranan masyarakat lokal. Untuk itu, sistem pengawasan yang berbasis pada masyarakat tersebut selain memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut mengawasi sumber daya alam dan wilayah tempat mereka tinggal dan mencari makan, juga memperkuat rasa kebersamaan masyarakat dalam mengembangkan potensi daerahnya. Hal ini dapat dilakukan melalui lembaga sosial masyarakat pantai (nelayan). g. Pengembangan jaringan pendukung.  Pengembangan koordinasi tersebut mencakup pembentukan sistem jaringan manajemen yang dapat saling membantu. Koordinasi melibatkan seluruh unsur terkait (stakeholders), baik jaringan pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Keberhasilan dari unsur-unsur ini, selain secara teknis manajemen akan memberikan manfaat praktis, juga secara sosial dan politis dapat mendorong terciptanya integrasi pengelolaan pesisir dan laut. Untuk mewujudkan sistem koordinasi yang efektif, maka perlu persyaratan sistem dialog antar instansi terkait dan antara instansi-instansi tersebut dengan masyarakat. Kebiasaan mengkomunikasikan gagasan dan rencana kegiatan setiap instansi dengan instansi lain merupakan langkah strategis yang harus dikembangkan. Untuk itu, pelembagaan sistem koordinasi antar stakeholders perlu dilakukan secara terus menerus dan melibatkan langsung jajaran instansi dilingkungan pemerintah.  2. Pendekatan Subyektif.  Pendekatan subyektif (non struktural) adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam perlindungan sumber daya alam disekitarnya. Karena itu, salah  satu upaya untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan wilayah pesisir dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumbar daya alam. Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung dengan upaya-upaya penanggulangan masalah kerusakan sumberdaya alam tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan usaha ekonomi alternatif sehingga tidak merusak lingkungan, antara lain yaitu :  a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan.  Pengetahuan dan wawasan lingkungan perlu dimasyarakatkan untuk memberikan konsep dan pandangan yang sama dan benar kepada masyarakat tentang lingkungan dan peranannya terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Jenis pengetahuan dan wawasan yang diberikan berbeda menurut lokasi pemukiman dan jenis pekerjaan. Bagi masyarakat yang berlokasi di zona inti tentu lebih spesifik dan lebih menekankan pada pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan hubungan langsung antara masyarakat setempat dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan pengawasannya dibanding dengan masyarakat diluar wilayah. Peningkatan pengetahuan dan wawasan juga perlu melibatkan aparatur dusun, desa, dan kecamatan serta masyarakat luas.  b. Pengembangan keterampilan masyarakat.  Peningkatan keterampilan praktis pengelolaan lingkungan bagi masyarakat dan jajaran pemerintah ditingkat dusun, desa dan kecamatan sangat penting untuk mendorong peran serta unsur-unsur tersebut secara aktif dalam menanggulangi masalah-masalah lingkungan yang secara ekologis dan ekonomis akan merugikan. Keterampilan tersebut terutama berkaitan dengan cara-cara pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien, dan keterampilan tentang upaya penanggulangan permasalahan. Penguasaan keterampilan tersebut akan meningkatkan efektifitas peran serta masyarakat pantai dalam pengelolaan pesisir dan laut.  c. Pengembangan kapasitas masyarakat.  Pengembangan kapasitas masyarakat diperlukan untuk dapat ikut serta dalam proses pengambilan kebijakan, terutama dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pengembangan kapasitas masyarakat sebenarnya merupakan serangkaian kegiatan seperti yang diuraikan sebelumnya, namun dalam program ini perlu ditekankan pentingnya kemampuan dan peluang masyarakat untuk dapat mengartikulasikan kepentingannya melalui kelompok atau lembaga sosial. Sasaran utama program ini adalah meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dan kemampuan berinisiatif.  d. Pengembangan kualitas diri.  Kualitas masyarakat pantai perlu ditingkatkan untuk menjawab dua tantangan. Tantangan pertama adalah, upaya mengatasi masalah perekonomian, baik untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan pokok, maupun dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang lebih luas. Tantangan kedua adalah, upaya mengatasi masalah kerusakan alam, yaitu untuk mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam diwilayah pesisir dan laut sebagai akibat makin meningkatnya aktifitas manusia diwilayah tersebut. Pengembangan diri tersebut termasuk pengembangan kualitas manusia, baik secara perorangan maupun kelompok untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja yang kian beragam.  Peningkatan kualitas manusia diharapkan dapat mendorong terjadinya diversifikasi lapangan kerja dan sumber penghasilan penduduk setempat sehingga mampu mengurangi kecenderungan usaha yang bertumpu pada pengelolaan sumber-daya alam yang tidak efisien. Program pengembangan kualitas manusia ini selain dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan juga dengan cara membentuk kerjasama antar lembaga-lembaga sosial dan ekonomi, baik di lingkungan desa pantai maupun di luar, bahkan antar wilayah. Penyiapan tenaga kerja untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan laut dan wilayah lain disekitarnya perlu dilakukan secara proaktif dengan dilandasi oleh pandangan jauh ke depan.  e. Peningkatan motivasi masyarakat untuk berperanserta.  Motivasi masyarakat perlu ditumbuhkan untuk mendorong peran serta mereka secara aktif dalam pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut. Untuk itu, upaya pelibatan masyarakat dan pengembangan kegiatan yang dilandasi oleh kepentingan masyarakat perlu ditingkatkan terus. Pelaksanaannya perlu diintegrasikan dengan aspek-aspek yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat. Penyeimbangan kepentingan lingkungan, sosial dan ekonomi mempunyai arti yang strategis untuk mendorong masyarakat melibatkan diri dalam upaya perlindungan sumberdaya alam.  f. Penggalian & pengembangan nilai tradisional masyarakat.  Upaya penggalian nilai-nilai tradisional adalah penting untuk dijadikan bahan pengem-bangan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat menjadi norma-norma yang dapat dioperasional-kan menjadi landasan dan rambu-rambu pengamanan sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut. Pengembangan nilai-nilai dan norma-norma arif lingkungan masyarakat akan mendorong penggunaan aturan-aturan atau cara-cara mereka sendiri dalam mengelola sumberdaya alam berdasarkan pada nilai-nilai yang mereka yakini.  Dengan demikian, strategi pengembangan masyarakat pantai dalam meningkatkan kemandirian Daerah, sesungguhnya dapat dibagi dua yaitu, pertama merupakan strategi jangka pendek yang bertujuan untuk mengatasi berbagai masalah pengembangan masyarakat pantai dengan menyesuaikan urgensi kebutuhan melalui pendekatan struktural dan non struktural. Kedua adalah strategi jangka panjang dengan tujuan yang menitikberatkan pada :  1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.  2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan, pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah pesisir dan lautan.  3. Peningkatan kemampuan dan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian lingkungan.  4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan di wilayah pesisisr dan lautan.  Keempat tujuan jangka panjang tersebut hanya mungkin dicapai bila disusun dan ditetapkan strategi dan kebijakan pembangunan kawasan pesisir dan laut secara mantap dan berkesinambungan. Akhirnya, semua kembali pada pe-merintah, dan para pengambil kebijakan. Apakah laut dan pesisir dengan segala bentuk kehidupan serta keanekaragamannya benar-benar dikelola secara profesional dengan melandaskan pada prinsip-prinsip peningkatan kapasitas masyarakat lokal, ataukah hanya dijadikan sebagai komoditas politik yang dangkal dengan tujuan sesaat tanpa adanya keinginan dan komitmen kuat untuk mengelola sumberdaya kelautan secara berkelanjutan.