SELAMAT DATANG







Terima Kasih atas kunjungan anda di website saya



Di website saya ini akan saya informasikan tentang lowongan pekerjaan, bagi kamu-kamu semua yang belum memiliki pekerjaan atau yang sedang mencari pekerjaan.lowongan pekerjaan ini akan selalu saya update, Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda semua.



28 January 2012

SEMINAR OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah   Krisis ekonomi berkepanjangan mengakibatkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Hanya perusahaan yang mampu menekan biaya produksi seminimal mungkin dengan tanpa mengurangi kualitas produk yang dapat bertahan. Salah satu cara menekan biaya produksi dengan menekan total biaya persediaan bahan baku yang seminimum mungkin, baik dalam biaya pesanan, penyimpanan, kehilangan, dan kerusakaan bahan baku. Persediaan bahan baku harus dapat memenuhi kebutuhan rencana produksi, karena jika persediaan bahan baku tidak dapat dipenuhi, akan menghambat proses produksi. Keterlambatan jadwal pemenuhan produk yang dipesan konsumen dapat merugikan perusahaan dalam hal image yang kurang baik. Sedangkan jika persediaan bahan baku berlebihan dapat meningkatkan biaya penyimpanan, kerusakan, dan kehilangan bahan baku. Persedian bahan baku PT. KPL belum direncanakan dan dikendalikan, sehingga sering terjadi proses produksi terhambat, karena kehabisan bahan baku atau bahan baku yang dipesan belum diterima. Pada saat-saat tertentu bahan baku tersedia di gudang secara berlebihan, sehingga tidak jarang ada kehilangan bahan baku. Selain itu komputer PT. KPL masih belum dimanfaatkan secara optimal. Komputer PT. KPL hanya digunakan untuk menyajikan laporan kegiatan masa lampau, bukan sebagai penyaji informasi yang akurat. Untuk itu perlu adanya peramalan kebutuhan produk, perencanaan dan pengendalian persediaan yang didukung oleh sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi. 1.2 Perumusan masalah • Setelah melihat fenomena yang ada didalam latar belakang maka dapat dibuat suatu rumusan masalah yang nantinya diharapkan dapat membantu kinerja dari suatu perusahaan tersebut dengan rumusan masalah “ Bagaimanakah rancangan system informasi persediaan bahan baku dengan menggunakan terkomputerisasi PT. KPL“.  1.3 Tujuan penelitian  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah agar dapat diketahui bagaimana kondisi yang sebernarnya terjadi diperusahan tersebut sehubungan dengan informasi yang valid dan akurat sehingga dapat dibuat rancangan system informasi persediaan bahan baku dengan menggunakan terkomputerisasi . 1.4 Manfaat penelitian Dengan dibuatnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan nilai tambah bagi pihak yang berkompeten diantaranyaa adalah : • Bermanfaat bagi diri sendiri. Diharapkan agar setelah melakukan analisis ini maka kami dapat menambah ilmu pengetahuan dan juga wawasan dalam menempuh study kami sehingga nantinya bias dijadikan bekal setelah melakukan tugas makalah ini. • Bermanfat bagi perusahaan. Diharapkan agar setelah melakukan analisis ini maka kami dapat memberikan saran yang membagun sehingga dapat digunakan bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja bagi perusahan sehingga menjadikan perusahaan menjadi lebih maju dan berkembang. • Bermanfat bagi ilmu pengetahuan Diharapkan agar setelah melakukan analisis ini maka kami dapat memberikan pengetahuan dan juga observasi mengenai suatu kejadian dan juga pengalaman yang terjadi sehingga dapat dibuat sebagai bahan tambahan dari suatu keilmuwan yang ada sehingga kesempurnaan disuatu zaman pasti akan tercapai dengan lebih baik dari sebelumnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Peramalan Terdapat 2 kelompok besar metode peramalan, yaitu: kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dipakai apabila terdapat data masa lalu yang mendukung peramalan. Beberapa metode peramalan kuantitatif: Holt Winter, Moving Average With Index Seasonal, SingleExponential Smoothing, Double Exponential Smoothing, Multiplikatif Winter.Perhitungan metode tersebut dapat dilakukan dengan software Minitab atau QS. 2.2 Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai sumber daya yang belum digunakan. Persediaan mempunyai nilai ekonomis di masa mendatang pada saat aktif. Fungsi manajemen persediaan: A. Perencanaan persediaan: menentukan kebutuhan material untuk memenuhi rencana produksi yang telah disusun. B. Pengendalian persediaan: menentukan tingkat persediaan yang sesuai, dimana pemesanan harus dilakukan kembali, persediaan pengaman, pendataan tingkat dan kondisi persediaan. Perencanaan dan pengendalian persediaan yang efektif akan memberikan pemenuhan kebutuhan secara tepat baik waktu, jumlah, maupun spesifikasi dengan total biaya persediaan yang optimal. Biaya-biaya yang terkait dalam penentuan total biaya persediaan: A. Harga: harga beli per unit, jika item diperoleh dari vendor atau biaya produksi per unit bila item tersebut diproduksi sendiri. B. Biaya penyimpanan: biaya pemakaian area/ruang dan fasilitas-fasilitas dalam ruang penyimpanan, maupun fasilitas penanganan baik secara fisik maupun yang berkaitan dengan data/informasi persediaan. C. Biaya pemesanan: biaya yang timbul akibat proses pemesanan bahan baku setiap pengadaan/pembelian bahan baku. Biaya pemesanan meliputi biaya-biaya persiapan dan peletakan pesanan persediaan, biaya penanganan dan pengiriman pesanan, biaya pemeriksaan pesanan yang datang. Jika item diproduksi sendiri disebut setup cost, meliputi biaya persiapan mesin. Biaya ini ditentukan untuk sekali pemesanan. Salah satu metode pengendalian persediaan yang dapat digunakan adalah metode Economic Order Quantity(EOQ). EOQ merupakan jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk setiap kali pembelian/pemesanan. Yang dimaksud paling ekonomis adalah jumlah pembelian/pemesanan yang disertai dengan jumlah biaya yang paling rendah. EOQ dapat diformulasikan sebagai berikut:   2xAxD EOQ = --------  h Pada sistem persediaan harus dihitung frekuensi pemesanan dalam satu periode dengan rumus sebagai berikut: f = D/EOQ Waktu antar pemesanan dapat dihitung dengan rumus: t = EOQ/D   Jumlah kebutuhan bahan dalam 1 periode dapat dihitung dengan rumus: D = (permintaan produk ke-i x kebutuhan bahan baku/unit)  Reorder level dapat dihitung dengan rumus: R = (L x D) + safety stock  Sedangkan total biaya persediaan dapat dihitung dengan rumus: Total Biaya Persediaan = Biaya order + Biaya beli + Biaya simpan  dimana: EOQ : Jumlah pemesanan yang optimal A : Biaya satu kali pemesanan D : Jumlah kebutuhan bahan dalam 1 periode h : Biaya penyimpanan f : Frekuensi pemesanan dalam satu periode t : Waktu antar pemesanan R : Reorder level 2.3 Management by Exception Perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing mengubah bahan baku, bahan pembantu, dan tenaga kerja menjadi produk jadi. Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen; Kepala Bagian (Kabag) Produksi merencanakan dan menjadwalkan proses produksi, menghitung kebutuhan bahan baku, membuat Surat Perintah Kerja. Bagian Produksi melaksanakan Surat Perintah Kerja, mengawasi, dan mengendalikan aktivitas produksi. Kabag Produksi dapat melakukan aktivitas di atas dengan baik, jika tersedia informasi yang relevancy, accuracy, timeliness, dan completeness. Untuk itu diperlukan information processor yang mengubah data input resources, transformation process, dan outputresources menjadi informasi yang menggambarkan aktivitas produksi yang sebenarnya. Perusahaan yang cukup besar atau yang jumlah transaksinya cukup banyak, information processor diimplementasikan menggunakan aplikasi program komputer. Disamping informasi, Kabag Produksi juga memerlukan standards sebagai gambaran apa yang harus dikerjakan dan sebagai tolak ukur kinerja yang diharapkan, contoh: reorder level. KabagPPIC menggunakan standards reorder level untuk mengendalikan persediaan bahan baku, dengan membandingkan persediaan sesungguhnya dengan yang dihasilkan oleh information processor. Model management by exception dapat dilihat pada Gambar 1. Maksudnya manajer tidak memantau aktivitasnya secara terus menerus, melainkan manajer melakukan tindakan jika kinerja berada diluar batas yang sudah ditetapkan. Sehingga manajer dapat menggunakan waktunya secara lebih efektif untuk mengembangkan dan mencari peluang lain. 2.4 Production Cycle Activities Context diagram siklus produksi dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar context diagram dapat dilihat hubungan dan aliran informasi antara production cycle dengan revenue cycle , expenditure cycle, human resource management/payroll cycle, dan general ledger and reporting system. Sistem informasi revenue cycle menyediakan informasi pesanan kosumen dan ramalan permintaan produk. Informasi tersebut digunakan untuk merencanakan persediaan bahan baku. Sistem informasi production cycle menginformasikan produk jadi yang telah selesai diproduksi dan siap untuk dijual kepada sistem informasi expenditure cycle . Informasi usulan pembelian bahan baku dicatat dalam Purchase Requisition, dan diserahkan kepada sistem informasi expenditure cycle . Sistem informasi expenditure cycle memberi informasi pembelian bahan baku kepada sistem informasi production cycle. Informasi kebutuhan tenaga kerja diserahkan kepada human resource management / payroll cycle.Humanresource managemet / payroll cycle mengembalikan informasi biaya tenaga kerja.Terakhir informasi biaya produksi dikirimkan kepada sistem informasi general ledger and reporting system dan manajemen. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi operasional Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Rancang : Suatu kegiatan yang berfungsi untuk melakukan rencana untuk masa depan yang sesuai dengan program-program yang telah direncanakan 2. System informasi : Satu kesatuan alat atau komponen yang berfungsi untuk memberikan berita sehubungan dengan informasi yang yang dibutuhkan oleh pihak lain. 3. Persediaan bahan baku : Suatu cadangan bahan mentah yang akan diproses oleh suatu proses produksi. 3.2 Identifikasi penelitian Penelitian bersifat deskriptif, untuk mengambarkan secara rinci dan mengungkap keadaan yang sebenarnya. Sedangkan rancangan penelitiannya berupa studi kasus. Penulis melakukan penelitian pada PT. KPL dengan tujuan untuk melakukan analisa dan perancangan sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi. Pada penelitian ini tidak dilakukan perhitungan persentasi kecacatan produk, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. PT. KPL menentukan tingkat kecacatan 5%, biaya pemesanan Rp. 200.000,00, sedangkan biaya penyimpanan adalah Rp. 2.000,00. Penelitian dilakukan pada 10 jenis produk yang menggunakan bahan bakunya sama. Perencanaan dan pengendalian persediaan hanya dilakukan pada bahan baku. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif dan kualitatif. Sumber data berasal dari internal berupa data primer, meliputi: permintaan konsumen masa lalu; pembelian dan penerimaan bahan baku; pemakaian bahan baku; kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan persediaan bahan baku. Metode pengumpulan data menggunakan studi literatur dengan cara mengumpulkan dan mempelajari tinjauan teoritis guna menunjang penelitian dan perancangan, studi lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, menggunakan metode: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penulis melakukan perancangan pendahuluan dengan investigasi, mengamati, dan analisa sistem untuk mengetahui permasalahan. Dilanjutkan dengan perancangan konsep dengan mengevaluasi alternatif rancangan dan mengembangkan rancangan lebih spesifik. Pada tahap akhir penulis melakukan rancangan fisik berupa: peramalan kebutuhan produk dengan software Minitab, menghitung EOQ, merencanakan kebutuhan bahan baku, dan merancang logic system. 3.3 Teknik analisis  Dalam menganalisa data dalam penelitian ini, penulis menggunakan kaedah EOQ yang dipadu dengan software Minitab. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil perusahaan PT. KPL bergerak dibidang industri plastik, berlokasi di kawasan industri Margomulyo Surabaya. Proses produksi PT. KPL berdasarkan pesanan. PT. KPL memiliki 3 unit komputer, tetapi belum digunakan secara optimal. Komputer hanya digunakan untuk membuat laporan menggunakan Microsoft Word dan Excel. Bagian yang sudah memiliki komputer adalah bagian penjualan, akuntansi, dan produksi. Komputer yang ada di masing-masing bagian belum terintegrasi. Proses produksi untuk semua jenis produk pada intinya sama, perbedaan hanya pada cetakan produk. Setiap produk harus melalui 3 proses yang berurutan, yaitu: injeksi, inspeksi dan pengepakan. Kedua proses terakhir tidak memiliki persentase kecacatan. Nama produk, kode produk, kapasitas produksi, dan kebutuhan bijih plastik ditunjukkan dalam Tabel 1. 4.2 Ramalan Kebutuhan Data permintaan masa lalu diolah dengan beberapa alternatif metode peramalan. Dari hasil peramalan beberapa metode, dipilih MAD(Mean Absolute Deviation) terkecil untuk menentukan metode peramalan yang optimal. Metode peramalan Moving Average with Index Seasonal dipakai untuk kode produk 999A, 2000, SQ8, OO5, TAC3, dan 108. Sedangkan kode produk 150 dan TS3 menggunakan metode Multiplikatif Winter. Metode Single Exponential Smoothing digunakan pada kode produk TSY dan 508. Hasil peramalan kebutuhan untuk tiap produk dari bulan Januari sampai dengan Juni 2000 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Kapasitas Produksi dan Kebutuhan Bijih Plastik Tabel 2. Hasil Peramalan Kebutuhan Produk Tahun 2000 Pada proses pembuatan produk plastik, kecacatan yang ditimbulkan pada mesin injeksi sebesar 5%, maka saat meramalkan kebutuhan produk kecacatan harus diperhitungkan. Peramalan produk 999A Bulan Januari 2000 disertai kecacatan adalah 7.209,11 X 105% = 7.570 kg. Perhitungan produk lainnya untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2000 dilakukan dengan cara yang sama. Hasil peramalan kebutuhan produk disertai tingkat kecacatan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Peramalan Kebutuhan Produk Disertai Tingkat Kecacatan Th. 2000 Perhitungan dilakukan untuk menentukan jumlah pemesanan ekonomis setiap kali pemesanan. Biaya yang ditimbulkan untuk tiap kali pemesanan sebesar Rp. 200.000,00 sedangkan biaya penyimpanan untuk tiap kg/periode pemesanan sebesar Rp. 2.000,00. Perbandingan yang cukup besar (100 kali lipat) antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan menunjukkan bahwa penyimpanan 100 bahan baku sama dengan melakukan satu kali pemesanan. Hal ini berarti penyimpanan bahan baku lebih menguntungkan daripada melakukan pemesanan. Jumlah pemesanan ekonomis per bulan ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Pemesanan Ekonomis Tabel 4 digunakan sebagai standart pada management by exception yang akan diterapkan pada sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi. EOQ, Reoder Level, Frekuensi Order, Jarak Pemesanan, dan Total Biaya Persediaan Bulan Januari 2000 dapat dilihat di bawah ini. Perhitungan untuk Bulan Februari sampai dengan Juni 2000 dapat dilakukan dengan cara yang sama. Jumlah permintaan bahan baku per bulan: D = (permintaan produk ke-i * kebutuhan bahan baku/unit ) = (7.570 x 0,500) + (3.3921 x 0,087) + (20.469 x 0,125) + (4.538 x 0,833) + (3.530 x 0,469) + (13.569 x 0,370)+(40.219 x 0,146)+(9.471,3 x 0,449)+(14.684 x 0,347) + (34.702 x 0,076) = 37.591,94 kg Pemesanan ekonomis: EOQ = (2 x Rp.200.000,00 x 37.591,94 / Rp. 2.000,00) = 2.741,97 kg Frekuensi pemesanan : f = D/EOQ = 37.591,94 / 2.741,97 = 13,71 kali Jarak antar pemesanan: t = EOQ/D = 2.741,97 / 37.591,94 = 0,072 bulan Reorder level: R = (L x D) + safety stock = (2 x 37.591,94 x 12/300) +(37.591,94 x 20% x 12/300) = 3.308,09 kg Total biaya persediaan: = Biaya order + Biaya beli + Biaya simpan = Rp. 200.000,00 + (Rp. 2.000,00 x 2741.97)+(20% x Rp. 2.000,00 x 2741.97 / 2) = Rp. 75.932.270,83 Jarak dan frekuensi pemesanan dapat dihitung dengan memperhatikan jumlah permintaan. Pemesanan ekonomis menghasilkan total biaya persediaan yang minimum.Nilai EOQ yang telah dihitung dimasukkan dalam Master Planning Schedule harian atau yang lebih dikenal sebagai Material Requirement Planning dapat dilihat pada Tabel 5 sampai dengan 10. Dari tabel tersebut dapat dilihat kapan bagian pembelian harus memesan kembali bahan baku dan berapa unit bahan baku yang harus dipesan. Pada perhitungan pemesanan dan frekuensi pemesanan juga perlu mempertimbangkan persediaan yang ada di gudang pada saat itu. Jumlah persediaan yang ada di gudang saat itu akan sangat mempengaruhi frekuensi permintaan bahan baku yang dipesan. 4.3 Rancang Sistem Informasi Persediaan Bahan Baku Terkomputerisasi PT. KPL Tabel MRP manual, yang dihasil dari penelitian pada Tabel 5 sampai dengan 10 tidak dapat menyesuaikan, jika jumlah permintaan kebutuhan produk melebihi jumlah produk yang direncanakan atau pemakaian bahan baku tidak sesuai dengan yang direncanakan. Sehingga informasi permintaan pembelian bahan baku tidak akurat, yang pada akhirnya dapat mempersulit perencanaan dan pengendalian bahan baku. Untuk itu perlu dirancang sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi yang on-line. Dalam rancangan sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi hanya dirancang sistem informasi secara konseptual. Sistem informasi konseptual digambarkan dengan model grafik: proses dan data. Model proses yang akan digunakan adalah Data Flow Diagram, sedangkan model data adalah Entity Relationship . 4.4 Rancangan Data Flow Diagram Sistem Informasi Persediaan Bahan Baku Rancangan data flow diagram sistem informasi persediaan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 3. Dari gambar tersebut dapat dilihat akitivitas perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku, serta aktivitas apa saja yang dapat mempengaruhi persediaan bahan baku. Aktivitas yang terlibat adalah Penerimaan Pesanan, Pengiriman Produk, Peramalan Kebutuhan Produk, Perencanaan dan Penjadwalan Produksi, Proses Produksi, Pemesanan Bahan Baku, dan Penerimaan Barang. Pada aktivitas Penerimaan Pesanan ditunjukkan aktivitas penerimaan pesanan oleh Bagian Pemasaran dengan diterbitkannya Sales Order. Jika jumlah produk tidak memenuhi permintaan Customer, maka Bagian Pemasaran menginformasikan kebutuhan produk kepada Bagian Produksi. Keseluruhan pesanan, baik yang dapat dilayani maupun yang tidak dapat dilayani dicatat oleh Bagian Pemasaran pada file Sales Order. Berdasarkan Sales Order Bagian Gudang menyiapkan produk dan membuat Packing Slip. Bagian Pengiriman mengirim barang disertai dengan Packing Slip, kemudian mengembalikan Packing Slip kepada Bagian Pemasaran. Bagian Pemasaran melakukan peramalan kebutuhan produk berdasarkan data pesanan tahun lalu, ditunjukkan pada aktivitas Peramalan Kebutuhan Produk. Metode peramalan kuantitatif yang digunakan adalah Holt Winter, Moving Average With Index Seasonal, Single Exponential Smoothing, Double Exponential Smoothing, Multiplikatif Winter. Perhitungan dilakukan dengan bantuan software Minitab atau QS. Hasil peramalan dicatat pada file Ramalan Kebutuhan Produk dan diinformasikan kepada Bagian Produksi. Tabel 5. MRP Bulan Januari 2000 Tabel 6. MRP Bulan Februari 200 Tabel 7. MRP Bulan Maret 2000 Tabel 8. MRP Bulan April 2000 Tabel 9. MRP Bulan Mei 2000 Tabel 10. MRP Bulan Juni 2000 Gambar 3. Rancangan Data Flow Diagram Sistem Informasi Persediaan Bahan Baku  Pada aktivitas Perencanaan dan Penjadualan Produksi, penulis hanya menekankan pada aktivitas perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku. Rumus-rumus pengendalian persediaan pada sub 2.2 dimasukkan ke dalam program komputer.Berdasarkan file Ramalan Kebutuhan Produk, Sales Order, Bill of Material, Persentase Cacat, Produk Jadi, Bahan Buku, dan WIP Bagian Produksi dapat melihat informasi permintaan per bulan, EOQ, reorder level, frekuensi order, jarak pemesanan, dan total biaya persediaan dengan bantuan komputer. Selain itu Bagian Produksi dapat melihat informasi MRP yang akurat. Reorder level digunakan oleh komputer sebagai standart. Maksudnya jika persediaan bahan baku sudah mencapai tingkat reorder level, maka komputer yang akan menyajikan informasi permintaan pembelian bahan baku kepada Bagian Produksi. Bagian Produksi mencetak permintaan pembelian bahan baku, dan menyerahkannya kepada Bagian Pembelian. Dengan demikian Bagian Produksi tidak harus memperhatikan persediaan terus menerus. Akitivitas Proses Produksi dilakukan oleh Bagian Produksi, setelah mendapat Surat Perintah Kerja dan Daftar Permintaan Bahan Baku dari Kepala Produksi. Berdasarkan Daftar Permintaan Bahan Baku Bagian Produksi meminta bahan baku kepada Bagian Gudang. Pada saat Bagian Gudang mengeluarkan bahan baku, juga harus dicatat pada file Bahan Baku. Bagian Produksi melakukan proses produksi. Produk yang masih dalam proses dicatat pada file WIP, sedangkan produk jadi dicatat pada file Produk Jadi. Akitivas Pemesanan Bahan Baku dilakukan, jika persediaan bahan baku sudah mencapai tingkat reorder level. Bagian Pembelian mencari Vendor yang dapat memberikan bahan baku dengan harga termurah dan kualitas yang baik. Bagian Pembelian menerbitkan Purchase Order, menyerahkan Purchase Order asli kepada Vendor dan salinan Purchase Order kepada Bagian Penerimaan. Vendor mengirim bahan baku disertai dengan Goods Packing Slip. Bagian Penerimaan menyerahkan Goods Packing Slip kepada Bagian Pembelian dan mencatat penerimaan pada file Bahan Baku. Dari aktivitas-aktivitas di atas tampak perlu adanya sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi yang on-line, agar diperoleh informasi yang akurat untuk perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku. Dengan sistem terkomputerisasi on-line diharapkan adanya feed back , sehingga MRP dapat disajikan secara akurat. 4.5 Rancangan Entity Relationship Diagram Sistem Informasi Persediaan Bahan Baku Berdasarkan aktivitas yang diusulkan perlu adanya tempat penyimpanan data berupa file. Penulis mengusulkan Entity Relationship Diagram yang dapat dilihat pada Gambar 4. Entity Relationship Diagram digunakan untuk memudahkan perancangan sistem fisik database. Gambar 4. Entity relationship diagram BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari penelitian dan perencanan dapat disimpulkan: 1. Jumlah pemesanan ekonomis dengan frekuensi pemesanan maksimum untuk tiap bulan menghasilkan biaya total persediaan yang minimum, dibandingkan dengan frekuensi pemesanan yang lebih sering. 2. Pengurangan frekuensi pemesanan akan mengurangi total biaya persediaan, karenabiaya yang dikeluarkan untuk setiap kali pesan sebanding dengan 100 unit bahan baku yang disimpan pada tiap periode 3. Sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi dapat menyajikan informasi yang relevancy, accuracy, timeliness, dan completeness, sehingga memudahkan Kabag Produksi untuk merencanakan dan mengendalikan presediaan bahan baku. SARAN 1. Untuk penelitian lebih lanjut perlu ditentukan kembali persentase kecacatan, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. Untuk menentukan total biaya persedian yangminimum, juga perlu diperhitungkan bunga bank. Sehingga perhitungan jumlah pemesanan akan lebih akurat. 2. Segera dirancang sistem informasi persediaan bahan baku terkomputerisasi secara fisik, dengan pembuatan program aplikasi. Sebelum program aplikasi diterapkan bagian yang bersangkutan harus diberi pelatihan....

No comments:

Post a Comment